SELAMAT DATANG KE LAMAN PERSATUAN KEBAJIKAN MAHASISWA SABAH DAN SARAWAK(PERKEMASS)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

9 Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan

Oleh Badrul Tamam           

Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala.Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan kebaikan, bulan simpati, bulan pembebasan dari neraka, bulan kemenangan atas nafsu, dan kemenangan. Pada bulan tersebut, Allah melimpahkan banyak kerunia kepada hamba-hamba-Nya dengan dilipatgandakan pahala dan diberi jaminan ampunan dosa bagi siapa yang bisa memanfaatkannya dengan semestinya. Berikut ini kami hadirkan beberapa amal-amal utama yang sangat ditekankan pada bulan Ramadhan.
1. Shiyam/Puasa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah 'Azza wa Jalla  berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak diragukan lagi, pahala yang besar ini tidak diberikan kepada orang yang sebatas meninggalkan makan dan minum semata. Ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu) ini merupakan kiasan bahwa Allah tidak menerima puasa tersebut.
Dalam sabdanya yang lain, "Jika pada hari salah seorang kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membaut kegaduhan, dan juga tidak melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada orang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka jika Anda berpuasa, maka puasakan juga pendengaran, penglihatan, lisan, dan seluruh anggota tubuh. Jangan jadikan sama antara hari saat berpuasa dan tidak.
2. Al-Qiyam/shalat malam/Tarawih
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta'ala berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا  وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka." (QS. Al-Furqan: 63-64)
Qiyamul lail sudah menjadi rutinitas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. 'Aisyah Radhiyallahu 'Anhaberkata, "Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu biasa melaksanakan shalat malam sebanyak yang Allah kehendaki sehingga apabila sudah masuk pertengahan malam, beliau bangunkan keluarganya untuk shalat, kemudian berkata kepada mereka, "al-shalah, al-Shalah." Lalu beliau membaca:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 132)
Dan Umar bin Khathab juga biasa membaca ayat berikut:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?" (QS. Al-Zumar: 9)
Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma berkata, "Luar biasa Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu" Ibnu Abi Hatim berkata, "Sesungguhnya Ibnu Umar berkata seperti itu karena banyaknya shalat malam dan membaca Al-Qur'an yang dikerjakan amirul Mukminin Utsman bin AffanRadhiyallahu 'Anhu sehingga beliau membaca Al-Qur'an dalam satu raka'at."
Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih hendaknya mengerjakannya bersama jama'ah sehingga akan dicatat dalam golongan qaimin, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda, "Siapa yang shalat bersama imamnya sehingga selesai, maka dicatat baginya shalat sepanjang malam." (HR. Ahlus Sunan)
3. Shadaqah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut. Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas)
Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk shadaqah di bulan ini adalah:
a. memberi makan
    Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam firman-Nya:
    وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا  فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا  وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا
    "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera." (QS. Al-Nsan: 8-12)
    Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam memberi makan ini kepada orang yang fakir. Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani)
    Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, "Aku mengundang sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan Islmail."
    Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha'i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu 'Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
    Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.
    Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama orang-orang dan mereka makan bersamanya.
    b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa
    Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun." (HR. Ahmad, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)
    Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu 'Anhu, "Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya."
    . . . Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. . .
    4.  Bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur'an
    Dan ini sudah kami ulas dalam tulisan yang lalu berjudul:Teladan Salaf Dalam Membaca Al-Qur'an di Bulan Ramadhan.
    5. Duduk di masjid sampai matahari terbit
    Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
    مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
    "Siapa shalat Shubuh dengan berjama'ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka'at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna , sempurna." (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
    Keutamaan ini berlaku pada semua hari, lalu bagaimana kalau itu dikerjakan di bulan Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat menggapainya dengan tidur di malam hari, meneladani orang-orang shalih yang bangun di akhirnya, dan menundukkan nafsu untuk tunduk kepada Allah dan bersemangat untuk menggapai derajat tinggi di surga.
    6. I'tikaf
    Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam senantiasa beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan diwafatkannya, beliau beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim).  I'tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan; berupa tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum pernah melaksanakannya, i'tikaf dirasa sangat berat. Namun, pastinya ia akan mudah bagi siapa yang Allah mudahkan. Maka siapa yang berangkat dengan niat yang benar dan tekad kuat pasti Allah akan menolong. Dianjrukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir adalah untuk mendapatkan Lailatul Qadar. I'tikaf merupakan kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena seorang mu'takif (orang yang beri'tikaf) mengurung dirinya untuk taat kepada Allah dan mengingat-Nya, memutus diri dari segala kesibukan yang bisa mengganggu darinya, ia mengurung hati dan jiwanya untuk Allah dan melaksanakan apa saja yang bisa mendekatkan kepada-Nya. Maka bagi orang beri'tikaf, tidak ada yang dia inginkan kecuali Allah dan mendapat ridha-Nya.
    7. Umrah pada bulan Ramadhan
    Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
    عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
    "Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji." (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, "seperti haji bersamaku." Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
    8.  Menghidupkan Lailatul Qadar
    Allah Ta'ala berfirman,
    إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ  وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
    "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadar: 1-3)
    Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
    وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
    "Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
    Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berusaha mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk mencarinya. Beliau juga membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara marfu', "Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan datang." (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)
    . . . Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim. . .
    Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat tabi'in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan kedudukannya. Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini. Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya, sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.
    Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu 'Anhu, "Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallammemerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27." Dan Ubai bersumpah atas itu dengan mengatakan, "Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh RamadhanShallallahu 'Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau."
    Dari 'Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, "Ucapkan:
     اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
    "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku." (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)
    9. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar
    Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir dan doa, khususnya pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:
    - Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.
    - Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, "Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia."
    - Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, "Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Al-Dzaariyat: 18)
    . . . Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan malamnya dengan amal shalih. . . 
    Penutup
    Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan malamnya dengan amal shalih. Ini sebagai bentuk pembenaran akan janji Allah adanya pahala yang berlipat. Sekaligus juga sebagai pemuliaan atas bulan yang penuh barakah dan rahmat.
    Beberapa amal-amal ibadah di atas memiliki kekhususan dan hubungan kuat dengan kegiatan Ramadhan, lebih utama dibandingkan dengan amal-amal lainnya. Maka selayaknya amal-amal tersebut mendapat perhatian lebih dari para shaimin (orang-orang yang berpuasa) agar mendapatkan pahala berlipat, limpahan rahmat, dan hujan ampunan. Sesungguhnya orang yang diharamkan kebaikan pada bulan Ramadhan, sungguh benar-benar diharamkan kebaikan darinya. Dan siapa yang keluar dari Ramadhan tanpa diampuni dosa-dosa dan kesalahannya, maka ia termasuk orang merugi. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com] 

    MARHABAN YA RAMADHAN




    HARI / MALAM 1                           
    MARHABAN YA RAMADHAN

    Marhaban barasal dari kata rahb yang bererti luas atau lapang. Marhaban menggambarkan suasana penerimaan tetamu yang disambut dan diterima dengan lapang dada, dan penuh kegembiraan. Marhaban ya Ramadhan (selamat datang Ramadhan), mengandungi erti bahawa kita menyambut Ramadhan dengan lapang dada, penuh kegembiraan, dan tidak dengan keluhan.

    Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa (SURAH 2: 183)


    Rasulullah sendiri sentiasa menyambut setiap kedatangan Ramadhan dengan penuh kegembiraan. Berita gembira itu disampaikan pula kepada para sahabatnya seraya bersabda: "Sesungguhnya  telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah memfardhukan ke atas kamu ibadah puasa. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh Syaitan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan" (Hadith Riwayat. Ahmad)

    Marhaban Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, kerana kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh dalam melanjutkan perjalanan kita untuk bertemu Allah SWT. Perjalanan menuju Allah SWT itu dinukilkan oleh para ulama salaf sebagai perjalanan yang banyak ujian dan tentangan. Terdapatnya gunung yang harus didaki, iaitu hawa nafsu.
                                                                                                                                                       
    Pada gunung tersebut terdapat lereng yang curam, belukar yang dahsyat, bahkan diibaratkan di dalamnya terdapat banyak perompak yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan.

    Tetapi, bila tekad tetap membaja, maka  akan nampaklah sinar cahaya yang benderang, dan saat itu akan nampak dengan jelas keindahan perjalanan, tempat-tempat yang indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan apabila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kenderaan Ar-Rahman untuk mengantar hamba yang bermusafir bertemu dengan kekasihnya.

    Untuk sampai kepada tujuan tersebut, sudah tentulah memerlukan bekalan yang mencukupi. Bekalan tersebut adalah benih-benih kebajikan yang harus kita tabur didalam jiwa kita. Tekad yang keras dan membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan solat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama.




    HARI / MALAM KE - 2:                          
                   RAMADHAN BULAN BERKAT


    Salah satu sifat Allah SWT adalah Ia memiliki irodah (kehendak), sebagaimana firmanNya :


    "Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)." (SURAH Al Qoshosh [28]:68).

    Allah memilih sesuatu yang dikehendakiNya.  Begitu pula halnya dengan bulan-bulan dalam setahun, Allah telah memilih Ramadhan sebagai bulan yang istimewa, yang namanya disebutkan dalam Al Quran. Firman Allah :

    "Bulan Ramadhan  yang diturunkan padanya Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh demikian sesiapa yang melihat anak bulan maka hendaklah ia berpuasa, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka hendaklah ia menggantikannya sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."
    – 185, SURAH Al Baqaroh  

    Begitu juga halnya dengan bulan Ramadhan, Allah swt tidak akan mengatakan Ramadhan sebagai bulan istimewa jika tidak ada sesuatu di sebaliknya. Baginda Rasulullah SAW, ketika berada di penghujung bulan Sya'ban, selalu mengatakan kepada sahabatnya : "Telah datang padamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan, maka sambutlah kedatangannya. Telah datang bulan siyam(bulan puasa) membawa segala keberkatan, maka alangkah mulianya tamu yang datang itu." (HADITH RIWAYAT. Ath Thabrani)

    Dalam sabdanya yang lain : "Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkati, Allah memerintahkan berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu, dibukakan segala pintu syurga, dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa yang tidak diberikan kebajikan malam itu, bererti telah diharamkan baginya segala rupa kebajikan." (HADITH RIWAYAT. An Nasai dan Al Baihaqi)















    HARI / MALAM KE-3:    
                 
                      PANDUAN BERAMAL DALAM  RAMADHAN

    Ramadhan bagi umat Islam bukan sekadar salah satu nama bulan qomariyah, tapi dia mempunyai makna tersendiri. Ramadhan bagi seseorang muslim adalah rehlah daripada kehidupan materialistik kepada kehidupan ruhiyah, daripada kehidupan yang penuh dengan pelbagai masalah keduniaan menuju kehidupan yang penuh tazkiyatus nafs(penyucian jiwa) dan riyadhotur ruhiyah(latihan roh). Kehidupan yang penuh dengan amal taqorrub kepada Allah, iaitu amalan mendekatkan diri kepada Allah SWT mulai dari tilawah Al-Qur'an, menahan syahwat dengan puasa, sujud dalam qiamullail, beriktikaf di masjid, dan lain-lain. Semua ini dalam rangka merealisasikan inti ajaran dan hikmah puasa Ramadhan iaitu :

    Agar kalian menjadi orang yang bertaqwa. (Al-Baqarah: 183 dan akhir Al-Hijr)

    Ramadhan juga merupakan bulan latihan bagi peningkatan kualiti peribadi seorang mulim. Hal ini dilihat pada tujuan puasa yakni agar manusia selalu dapat meningkatkan nilainya di hadapan Allah SWT dengan bertaqwa, disamping melaksanakan amalan-amalan soleh(baik) yang ada pada bulan Ramadhan. Antara amalan-amalan Ramadhan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW baik itu amalan ibadah mahupun amalan kemasyarakatan adalah sebagai berikut:

    Amal terpenting selama bulan Ramadhan sudah tentu adalah shiyam (puasa), sebagaimana termaktub dalam firman Allah pada surat al Baqarah : 183-187. Dan antara amalan puasa Ramadhan yang diajarkan oleh Rasulullah ialah :
    a.    Mempunyai kefahaman yamg jelas tentang matlamat puasa dan menjaga adab-adabnyanya. "Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui adab-adabnyanya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya" (HADITH RIWAYAT. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi).

    b.    Tidak meninggalkan puasa, walaupun sehari, dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan oleh syari'at Islam. Rasulullah SAW bersabda bahawa : "Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshoh(keringanan yag dibenarkan syari’at) atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak boleh ditebus bahkan seandainya ia berpuasa sepanjang hidupnya." (HADITH RIWAYAT At Tirmizi).

    c.    Menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan nilai puasa. Rasulullah SAW pernah bersabda : " Bukanlah (hakikat) puasa itu sekadar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan pekerti sia-sia (tak bernilai) dan kata-kata bohong" (HADITH RIWAYAT Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah). Rasulullah juga pernah bersabda bahawa : " Barangsiapa yang selama berpuasa tidak meninggalkan kata-kata bohong bahkan melakukannya, maka tidak ada nilainya bagi Allah apa yang ia sangkakan sebagai puasa, iaitu sekadar meninggalkan makan dan minum " (Hadith Riwayat Bukhori dan Muslim).


    d.    Bersungguh - sungguh melakukan puasa dengan menepati aturan-aturannya. Rasulullah SAW bersabda : " Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh Iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan " (HADITH RIWAYAT. Bukhori, Muslim dan Abu Daud).

    e.    Bersahur, makanan yang berkat (al ghiza’ al mubarok ). Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda bahawa : " Sahur itu merupakan suatu keberkatan, maka jangan anda tinggalkan, sekalipun hanya dengan seteguk air. Allah dan para Malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang bersahur" (HADITH RIWAYAT. Ahmad). Dan disunnahkan mengakhirkan waktu makan sahur .

    f.     Berbuka puasa. Rasululah pernah menyampaikan bahawa salah satu tanda kebaikan umat  dengan mendahulukan berbuka (berbuka puasa) dan mengakhirkan sahur. Dalam hal berbuka puasa ini, Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahawa : " Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai olehNya, ialah mereka yang bersegera berbuka puasa. " (HADITH RIWAYAT. Ahmad dan Tirmidzi). Bahkan beliau mendahulukan berbuka walaupun hanya dengan ruthob (kurma separuh masak), atau tamr (kurma) atau air saja " (HADITH RIWAYAT. Abu Daud dan Ahmad).

    g.    Berdo'a. Rasulallah SAW bersabda: " Ada tiga kelompok manusia yang do'anya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah do'a orang-rang yang berpuasa sehingga mereka berbuka" (HADITH RIWAYAT. Ahmad dan Turmudzi).


















    HARI / MALAM KE-4(Sambungan) 

    PANDUAN BERAMAL DALAM RAMADHAN

    h. Tilawah (membaca) al Qur'an
    Ramadhan adalah bulan diturunkannya al Qur'an.

    "Bulan Ramadhan  yang diturunkan padanya Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh demikian sesiapa yang melihat anak bulan maka hendaklah ia berpuasa, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka hendaklah ia menggantikannya sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." – 185, SURAH Al Baqoroh.

    Pada bulan ini Malaikat Jibril pernah turun dan membaca al-Qur'an dengan Rasulullah SAW (HADITH RIWAYAT. Bukhori). Maka tidak anih kalau Rasulullah SAW (yang selalu membaca al Qur'an disepanjang tahun itu) lebih sering membaca pada bulan Ramadhan.

    Imam az Zuhdi pernah berkata : " Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain puasa) ialah membaca al Qur'an". Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan tujuan dasar diturunkannya al Qur'an untuk ditadabbur(ditatapi dengan serius), difahami dan diamalkan. SURAH. Shod: 29 berbunyi:

    Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu dengan penuh dengan keberkat supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya menjadi peringatan kepada orang-orang yang mempunyai fikiran.





    i. Memberikan makanan dan sadaqah.
    Salah satu amalan Ramadhan Rasulullah ialah memberikan makan kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti sabda baginda : "Barangsiapa yang memberi makan kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut " (HADITH RIWAYAT. Turmudzi dan an Nasa'i).

    Hal memberi makan dan sedekah selama bulan Ramadhan ini bukan hanya untuk keperluan berbuka malahan juga untuk segala kebajikan. Rasulullah yang terkenal sebagai dermawan dan penuh prihatin terhadap nasib umat, pada bulan Ramadhan sifat dermawannya lebih menonjol hingga dimisalkan sebagai " lebih cepat dari angin " (HADITH RIWAYAT Bukhori ).

    j. Mengambil perhatian tentang kesihatan.
    Rasulullah mementingkan kesihatan para umatnya. Hal ini dilihat dari beberapa peristiwa dibawah ini:
    i.     Membersihkan gigi dengan kayu siwak (berus gigi). (HADITH RIWAYAT. Bukhori dan Abu Daud).  
    ii.    Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat
           Abdullah ibnu Mas'ud RA, agar memulakan puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah
           yang sedih. ( HADITH RIWAYAT. AL Haitsami)

    k. Mengambil berat tentang hak-hak keluarga
    Sekalipun puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukkan hanyasanya kepada Allah, dan juga juga mempunyai nilai khusus dihadapan Allah, namun puasa menjadi dengan lebih sempurna, jika tidak mengabaikan hak-hak keluarga. Seperti yang diriwayatkan oleh isteri-isteri baginda, Aisyah dan Ummu Salamah RA, Rasulullah tokoh yang paling baik untuk keluarga, selama bulan Ramadhan baginda selalu memenuhi hak-hak keluarga baginda. Bahkan ketika Rasulullah berada dalam puncak  i'tikaf, hak keluarga tetap terjaga.

    L. Memperhatikan aktiviti da'wah dan masyarakat
    Rasulullah SAW menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh  amal soleh. Selain amalan soleh yang telah disebutkan, baginda  juga aktif melakukan da'wah, bergaul bersama masyarakat, bermusafir dan berjihad.

    Dalam sembilan kali Ramadhan yang pernah beliau alami, beliau telah melakukan perjalanan ke Badr (tahun 2 H), Mekah ( tahun 8 H), dan ke Tabuk (tahun 9 H), mengirimkan 6 sariyah (pasukan jihad yang tidak secara langsung beliau ikuti/pimpin), melaksanakan perkahwinan puterinya Fatimah dengan Ali RA, beliau berkeluarga dengan Hafshoh dan Zainab RA, meruntuhkan berhala-berhala Arab seperti Lata, Manat dan Suwa', dan meruntuhkan masjid adh-Dhiror.












    HARI / MALAM KE-5: (Sambungan)

    PANDUAN BERAMAL DALAM RAMADHAN

    m. Qiam Ramadhan (solat tarawih)
    Di antara kegiatan ibadah Rasulullah selama bulan Ramadhan ialah ibadah qiamullai, yang kebelakangan ini lebih popular disebut sebagai solat tarawih. Baginda lakukan bersama dengan para sahabat-sahabat baginda.  
    Dalam situasi itu riwayat yang shohih menyebutkan bahawa Rasulullah solat tarawih dalam 11 rakaat dengan bacaan-bacaan yang panjang (HADITH RIWAYAT. Bukhori Muslim). Dalam riwayat-riwayat lain, juga dari Umar ibn al Khothob RA, yang menyebutkan jumlah rakaat solat tarawikh adalah 21 atau 23 rakaat. (HADITH RIWAYAT. Abdur Razaq dan al Baihaqi).
    Telah berkata  Ibnu hajar al Asqolani asy Syafi'i,  bahawa : Beberapa maklumat tentang jumlah rakaat tarawih itu sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing, kadang-kadang seseorang itu mampu melaksanakan solat sebanyak 11 rakaat, dan kadang-kadang 21 dan kadang-kadang 23 rakaat pula. Hal demikian itu kembali kepada semangat  masing-masing. Dahulu mereka yang solat dengan 11 rakaat itu dilakukan dengan bacaan yang panjang sehingga mereka bertongkat, sementara mereka yang solat dengan 21 atau 23 rakaat  membaca bacaan-bacaan yang pendek (dengan tetap memperhatikan toma'ninah solat) sehingga tidak menyulitkan.

    n. Iktikaf.
    Diantara amalan sunnah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam bulan Ramadhan ialah i'tikaf, yakni berdiam diri di dalam masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Seperti dilaporkan oleh Abu Sa'id al Khudlri RA, hal demikia pernah baginda lakukan pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan dan terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Ibadah yang penting ini sering dianggap berat sehingga ditinggalkan oleh orang-orang Islam..Rasulallah tidak pernah meninggalkan ibadah i’tikaf pada bulan Ramadhan semenjak baginda datang ke Madinah sehinggalah baginda wafat.

    o. Lailatul Qadr
    Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?  Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.  Malam itu (penuh) kesejahteraan sehinggalah terbit fajar.

    Dalam bulan Ramadhan ini terdapat satu malam yang sangat berkat, yang disebut sebagai Lailatul qadr, malam yang lebih berharga dari seribu bulan (SURAH. Al Qodr : 1-5). Rasululah tidak pernah lupa dan leka untuk meraih Lailatul qadr terutama pada malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan puasa (HADITH RIWAYAT. Bukhori Muslim ). Dalam hal ini Rasulullah menyampaikan bahawa :
    "Barangsiapa yang solat pada malam lailatul qodr dengan penuh keimanan dan mengharapkan ganjaran dariNya, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadith Riwayat. Bukhori Muslim).

    p. Umrah
    Mengerjakan umrah pada bulan Ramadhan juga merupakan dari sunnah nabi SAW, sebagaimana pernah disabdakan oleh Rasulullah kepada seorang wanita dari Anshor bernama Ummu Sinan: " Agar apabila datang bulan Ramadhan ia melakukan umrah, kerana nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah SAW. (Hadith Riwayat. Bukhori Muslim)

    q. Zakat Fitrah
    Pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan amalan yang disuruh oleh Rasulullah SAW ialah membayarkan zakat fitrah, suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat Islam baik lelaki mahupun perempuan, baik dewasa mahupun kanak-kanak (HADITH RIWAYAT. Bukhori Muslim). Zakat fitrah ini juga berfungsi sebagai pelengkap penyucian untuk pelaku puasa dan untuk membantu kaum fakir miskin. (HADITH RIWAYAT. Abu Daud dan Ibnu Majah)

    Ramadhan bulan taubat menuju fitrah
    Selama sebulan penuh, secara berduyun-duyun umat manusia kembali kepada Allah yang Maha Pemurah juga Maha Pengampun. Dia Dzat yang menyampaikan bahawa pada setiap malam bulan Ramadhan Allah membebaskan banyak hambaNya dari api nereka (HADITH RIWAYAT. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Kerana inilah satu kesempatan emas agar umat manusia dapat kembali, bertaubat agar ketika mereka selesai melaksanakan ibadah puasa mereka benar-benar kembali kepada fitrahnya.

    Demikianlah sebahagian amalan Ramadhan yang mudah dan boleh dilakukan oleh setiap Muslim.  Dengan demikian Ramadhan juga mendedahkan salah satu prinsip Islam iaitu kesederhanaan ajarannya. Ramadhan sememangnya bulan yang penuh kebaikan, sehingga Rasulullah pernah bersabda ; "Apabila orang-orang mengetahui nilai besar Ramadhan, mereka akan berharap agar semua bulan dijadikan sebagai bulan Ramadhan". (HADITH RIWAYAT. Ibnu Huzaimah). Semoga Allah menerima amalan puasa dan qiam kita sekalian, amin.












    HARI / MALAM KE- 6:

    PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DALAM RAMADHAN

    Jika kita kembali untuk melihat sirah Rasulullah SAW kita akan dapati betapa banyaknya kejadian penting terjadi pada bulan Ramadhan, antaranya :

    1.    Bulan diturunkannya Al Quran. Firman Allah :


    "Bulan Ramadhan iaitu bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk dan pemisah (antara yang hak dan yang batil)." (SURAH Al Baqarah [2]:185)

    Dalam tafsir Mafatihul Ghaib, berkenaan dengan ayat diatas, Ar Razi berkata : "Allah telah memuliakan bulan Ramadhan dengan menurunkan Al Quran. Kerananya, Allah SWT mengkhususkannya dengan satu ibadah yang sangat besar nilainya, yakni puasa (puasa).

    Puasa adalah satu senjata yang mengungkapkan tabir-tabir yang menghalang kita manusia memandang nur Ilahi yang Maha Quddus. Al Quran adalah suatu kitab yang tiada bandingannya, pemisah yang haq dan batil, berlaku sepanjang masa, dan menjadi pengikat seluruh ummat Islam di seluruh dunia.

    2.    Bulan diturunkannya kitab-kitab suci lainnya. Pada bulan ini pula, Allah menurunkan kitab-kitabNya yang lain kepada para Rasul, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:  "Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadhan dan Injil diturunkan pada 13 Ramadhan sedangkan Al Quran diturunkan pada 24 Ramadhan." (HADITH RIWAYAT. Ahmad)

    Itulah keberkatan bulan Ramadhan, bulan turunnya ayat-ayat Qouliyyah, minhajul hayah(perlembagaan jehidupan) bagi kegunaan manusia di muka bumi, penunjuk jalan bagi orang-orang yang mahu mensucikan dirinya. Dengan itu puasa dijadikan sebagai cara menyambut ulangtahun turunnya Al-Quran seperti mana keterangan Surah Al-Baqarah ayat 185.

    3.    Bulan pilihan Allah bagi terjadinya perang Badr. Perang pertama yang dilakukan kaum Muslimin, di mana perang ini menjadi penentu kelangsungan perjuangan da'wah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabatnya. Perang Badr dinamakan Allah dengan sebutan "yaumul furqon" (hari pembeda antara yang haq dan batil), sebagaimana firmanNya :

    "Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, iaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." SURAH Al Anfal [8]:41.


    Muhammad Qutb mengatakan dalam tafsirnya bahawa perang ini dari awal hingga akhirnya adalah rencana Allah SWT yang dilaksanakan dengan pimpinan dan bantuanNya. Dalam pertempuran itu, Allah SWT memenangkan kaum Muslimin yang mempunyai anggota dan persenjataan yang sedikit, ditambah keadaan luaran kaum Muslimin   lebih lemah kerana sedang berpuasa, dan perintah perang yang baru beberapa saat diterima. Namun itu bukanlah halangan untuk menang, kerana kekuatan utama kaum Muslimin adalah kekuatan ruhiyyah mereka dengan Allah SWT.

    Peperangan ini membuahkan corak baru dalam sistem gerakan Islam iaitu keyakinan kepada pertolongan Allah setelah ada pengorbanan. Perang ini memperbaharui keadaan ummat Islam, setelah dengan sabar dan tabah menempuh tahap-tahap perjuangan da'wah, iaitu kedudukan mereka semakin teguh di Madinah.  

    4.    Bulan yang dipilih bagi terbukanya kota Mekkah. Peristiwa "fathul makkah" terjadi pada pertengahan bulan Ramadhan, sekitar 10000 kaum Muslim mendatangi Makkah dari segala penjuru. Pada saat itulah terjadi fenomena kemenangan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah manapun, ketika mana semua musuh, hingga para pemimpinnya menerima dan mengikuti agama pihak lawan iaitu Islam. Ini tidak terjadi melainkan dalam sejarah Islam. Kemenangan ini hakikatnya adalah kemenangan aqidah, kalimat tauhid dan bukan kemenangan individu atau balas dendam.

    5.    Bulan yang dipilih Allah untuk Lailatul Qadar. Dijelaskan dalam firman Allah SWT :

    "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (SURAH Al Qadr [97]:1-5)

    6.    Bulan yang dipilih untuk pelaksanaan puasa dan pemindahan qiblat. Firman Allah :


    "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. " SURAH Al Baqarah [2] : 183.

    Bersamaan dengan turunnya ayat perintah berpuasa di bulan Ramadhan, pemindahan qiblat ummat Islam dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram. Ini juga menjadi pembeza antara yang haq dan batil. Ia memadam kebatilan orang Yahudi yang merasa puasa dan kiblat mereka diikuti kaum Muslimin.

    Dengan perintah itu, maka berbezalah kaum Muslimin dengan ahlul kitab. Berbeza pula kiblat Muslimin dengan mereka, serta puasa Muslimin dengan mereka. Kesombongan merekapun berakhir dengan barakah bulan ini.























    HARI / MALAM KE-7:

    KEUTAMAAN  RAMADHAN DAN  BERAMAL DI  DALAMNYA

    1.    “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Bahawa sesungguhnya Rasulullah SAW. pernah bersabda ketika datang bulan Ramadhan: `Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk puasa, dalam bulan ini pintu Syurga dibuka, pintu Neraka ditutup, Syaitan-Syaitan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya ( tidak beramal baik didalamnya), sungguh telah diharamkan ( tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini).” ( HADITH RIWAYAT. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).

    2.    “Diriwayatkan dari Urfujah, ia berkata : Aku berada di tempat 'Uqbah bin Furqad, maka masuklah ke tempat kami seorang dari Sahabat Nabi SAW. Ketika Utbah melihatnya ia merasa takut padanya, maka ia diam. Ia berkata: maka ia menerangkan tentang puasa Ramadhan ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda tentang bulan Ramadhan: Di bulan Ramadhan ditutup seluruh pintu Neraka, dibuka seluruh pintu Syurga, dan dalam bulan ini Syaitan dibelenggu. Selanjutnya ia berkata : Dan dalam bulan ini ada malaikat yang selalu menyeru : Wahai orang yang selalu mencari/ beramal kebaikan bergembiralah anda, dan wahai orang-orang yang mencari/berbuat kejahatan berhentilah (dari perbuatan jahat) . Seruan ini terus diucapkankan sampai akhir bulan Ramadhan.” (Riwayat Ahmad dan Nasai )

    3.    “Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Solat Lima waktu, Solat Jum'at sampai Solat Jum'at berikutnya, Puasa Ramadhan sampai Puasa Ramadhan (tahun) berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat antara keduanya, (dengan syarat) bila dosa-dosa besar dijauhi.”(HADITH RIWAYATMuslim)

    4.    “Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru, bahawa sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda: Puasa dan Qur'an itu memintakan syafa`at seseorang hamba di hari Kiamat nanti. Puasa berkata : Wahai Rabbku, aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya pada siang hari, maka berilah aku hak untuk memintakan syafa'at baginya. Dan berkata pula AL-Qur'an : Wahai Rabbku aku telah mencegah dia tidur pada malam hari (kerana membacaku), maka berilah aku hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memintakan syafaat.” ( HADITH RIWAYAT Ahmad, Hadits Hasan).

    5.    “Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad : Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda : bahawa sesungguhnya bagi Syurga itu ada sebuah pintu yang disebut " Rayyaan". Pada hari kiamat diseru : Manakah orang yang berpuasa?  Selepas yang orang terakhir antara mereka sudah memasuki pintu itu, maka ditutuplah pintu itu.” (HADITH RIWAYAT. Bukhary Muslim).

    6.    Rasulullah SAW. bersabda : Barangsiapa puasa Ramadhan kerana beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang ( HADITH RIWAYAT.Bukhary Muslim).



    HARI / MALAM KE-8:
    RAHSIA PUASA

    Sebagai muslim yang sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang mulia pada tahun ini merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita. Betapa tidak, dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat banyak keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia mahupun di akhirat kelak. Di sinilah  pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahsia puasa.

    Dr Yusof Al-Qordhowi dalam kitab Ibadah Fil Islam menyatakan 5 rahsia puasa :-
                                                                  
    1.    Menguatkan Jiwa
    • Islam mengajak untuk mengawal hawa nafsu, bukan untuk membunuh hawa nafsu.

    • Firman Allah SWT : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya (SURAH 45:23).

    • Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengawal hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh darjat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala do’anya dikabulkan oleh Allah SWT.

    • Rasulullah SAW bersabda yang ertinya: Ada tiga golongan yang tidak ditolak do’a mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan do’a orang yang dizalimi (HADITH RIWAYAT. Tirmidzi).


    2.    Mendidik Kemahuan.
    • Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemahuan yang bersungguh-bersungguh dalam melakukan kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai masalah.

    • Puasa yang baik membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar. Kerana itu, Rasulullah SAW menyatakan: Puasa itu sebahagian dari kesabaran.

    • Kekuatan rohani akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.

    3.    Menyihatkan Badan.
    • Perkara ini bukan sahaja diakui oleh Rasulullah malah diakui oleh para doktor dan pakar-pakar kesihatan dunia dan tidak perlu meragukannya lagi.

    • Mereka berkesimpulan bahawa pada saat-saat tertentu, perut memang harus beristirehat dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirehatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.

    4.    Mengenal Nilai Kenikmatan

    • Ramai manusia yang tidak tahu mensyukuri nikmat Allah.

    • Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasakan secara langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Hal ini kerana baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air

    • Rasa syukur akan membuatkan nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang ertinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, patii Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (SURAH 14:7).

    5.    Mengingati dan Merasai Penderitaan Orang Lain

    • Merasai kelaparan dan kehausan juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasai orang lain.

    • Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa belas kasihan kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum diatasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di pelbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di serata dunia seperti di Chechnya, Kosovo, Iraq, Palestin dan sebagainya.

    • Oleh kerana itu, sebagai simbol dari rasa sensitiviti itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita mampu mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita.

    • Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila harta, kedekut dan sebagainya. Allah berfirman yang ertinya: Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (SURAH 9:103).







    HARI / MALAM KE-9:
    RAMADHAN BULAN ISTIMEWA

    Ketika ibadah Ramadhan tahun lalu kita akhiri, salah satu harapan yang bermain dalam jiwa kita adalah keinginan untuk menikmati bulan Ramadhan pada tahun berikutnya. Insya Allah, harapan itu akan dipenuhi, kerana kita berharap semoga Allah SWT benar-benar menyampaikan usia kita pada Ramadhan tahun ini. Apa keistimewaan yang ada di dalam bulan Ramadhan ini?.

    1.    BULAN AL-QUR’AN
    ·         Ramadhan seringkali disebut dengan Syahru Qur’an (Bulan Al-Qur’an), kerana awal diturunkannya Al-Qur’an adalah pada bulan Ramadhan.

    ·         Dengan berpedoman pada Al-Qur’an, pasti perjalanan hidup manusia terarah kepada kebahagiaan, kedamaian, ketenteraman dan kemakmuran serta keadilan.

    ·         Realiti sekarang, kaum muslimin semakin jauh dari Al-Qur’an, bermula dari tidak mampu membacanya, jika boleh membaca tapi tidak rajin membacanya, rajin membaca tapi tidak memahaminya, memahami tapi tidak mengamalkannya atau sudah mengamalkannya tetapi hanya untuk dirinya sendiri, belum merangsang atau mengajak orang lain untuk mengamalkannya.

    ·         Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk dalam menilai sesuatu, sebagai kayu ukur, kerana Al-Qur’an berfungsi untuk membedakan antara yang haq (benar) dengan yang batil (salah)
    .
    ·         Allah berfirman yang ertinyaBulan Ramadhan adalah bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). (SURAH 2:185).

    2.    PINTU SYURGA DIBUKA, PINTU NERAKA DITUT

    ·         Bukanlah maksudnya bila datangnya Ramadhan, secara automatik kita akan masuk syurga, tapi ia boleh diraih jika kita penuhi Ramadhan dengan segala bentuk kebajikan walaupun sedikit.

    ·         Ramadhan bertindak sebagai perangsang untuk melaksanakan segala aktiviti kebajikan dan menghantarkan kita ke pintu syurga.

    ·         Dengan ibadah Ramadhan yang sebaik-baiknya, seorang muslim semakin kecil   kemungkinan masuk ke dalam neraka. Itulah salah satu maksud pintu syurga dibuka lebar dan pintu neraka ditutup rapat dengan sebab puasa Ramadhan sebagaimana hadits Nabi SAW  yang bermaksud:

    Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu semua syaitan (HADITH RIWAYAT. Bukhari dan Muslim).


    3.    DIBELENGGU SYAITAN
    ·         Hadits di atas juga menyebutkan bahawa syaitan-syaitan dibelenggu ketika bulan Ramadhan tiba, hal ini kerana dengan terlaksananya ibadah Ramadhan dengan sebaik-baiknya, syaitan merasa amat sukar menggoda manusia, sehingga selama Ramadhan berlalu, syaitan betul-betul merasa terbelenggu.

    ·         Dengan demikian, sebagai muslim, kita harus meningkatkan usaha dalam membelenggu syaitan melakukan amalnya menyesatkan manusia,

    ·         Bulan Ramadhan adalah kesempatan yang amat baik untuk melatih kekuatan rohani kita untuk  menyekat ruang gerak syaitan dalam diri kita.

    4.    DIAMPUNI  DOSA.
    ·         Ibadah Ramadhan yang dikerjakan dengan sebaik-baiknya akan diampunkan dosa-dosa kita dimasa lalu oleh Allah SWT.

    ·         Dosa yang kita lakukan jika dihitung terlalu banyak, dosa anak kepada orang tua, dosa orang tua kepada anak, dosa isteri kepada suami, dosa suami kepada isteri, dosa pemimpin pada rakyat, dosa rakyat pada pemimpin, dosa murid kepada guru, dosa guru kepada murid dan begitulah seterusnya. Rasulullah SAW bersabda:“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan kerana iman dan mengharap redha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HADITH RIWAYAT Bukhari).

    ·         Ambillah peluang ini kerana tahun depan kita masih belum pasti akan bertemu kembali   dengan Ramadhan.

    5.    MEMPERKUATKAN PERISAI PERTAHANAN.
    ·         Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW menyatakan: as saumu  junnatun (puasa itu adalah perisai).
    ·         Dalam kehidupan seorang muslim, terdapat peperangan yang bergolak dalam jiwanya I di antara kebenaran dan kebatilan. Untuk menang dalam peperangan itu, seorang muslim harus memiliki perisai pertahanan yang kuat sehingga mampu menghalau segala godaan syaitan.
    ·         Usaha memperkuatkan perisai pertahanan rohani merupakan sesuatu yang amat penting. 
    ·         Tersebar luasnya kemaksiatan dan kemungkaran, serta sukarnya memperkukuhkan kesatuan sesama muslimvadalah disebabkan lemahnya kekuatan rohani yang membolehkan syaitan menjadi begitu berkuasa atas diri kita.

    6.    PAHALA BESAR
    ·         Keistimewaan yang terbesar dari bulan Ramadhan adalah ganjaran pahala yang begitu banyak kepada sesiapa saja yang melakukan kebajikan atau amal yang soleh. Hal ini akan membuatkan kita semakin terlatih atau terbiasa untuk melakukan amal-amal yang soleh.

    ·         Sebagai satu contoh, untuk orang yang memberi makan atau minum kepada orang yang berbuka puasa, maka Allah SWT akan memberikan pahala puasa sepertimana pahala orang yang diberi makan atau minum itu tanpa mengurangi pahala orang tersebut.


    ·         Dengan itu, kehadiran Ramadhan pada tahun ini perlu kita maksimakan ubudiyah kita sebagai momentum untuk meningkatkan proses tarbiyyah (pendidikan) bagi diri, keluarga dan masyarakat kita ke arah terwujudnya peribadi, keluarga dan masyarakat yang selalu berada dalam ketaqwaan kepada Allah SWT.


    HARI / MALAM KE-10:

    HADITH-HADITH TENTANG  SAUM (PUASA) RAMADHAN


    1.   Diriwayatkan dari Sahal bin Saad : Sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: Manusia  (ummat Islam ) sentiasa berada dalam keadaan bahagia selagi mana beliau mentakjilkan (menyegerakan) berbuka puasa. ( HADITH RIWAYAT : Al-Bukhary dan Muslim )

    2.   Diriwayatakan dari Anas ra., ia berkata : Rasulullah SAW berbuka dengan  beberapa biji rutob       ( kurma basah ) sebelum solat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk beberapa teguk air.( HADITH RIWAYAT : Abu Daud dan Al-Hakiem )

    3.   Diriwayatkan dari Salman bin Amir, bahawa sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Apabila salah seorang di antara kamu berpuasa, hendaklah dia berbuka dengan kurma, bila tidak ada kurma hendaklah dengan air, sesungguhnya air adalah sesuatu yang suci. ( HADITH RIWAYAT : Ahmad dan At-Tirmidzi )

    4.   Diriwayatkan dari Ibnu Umar : Adalah Nabi SAW setelah berbuka Beliau berdo'a (ertinya) telah pergi rasa haus dan menjadi basah semua urat-urat dan diganjari pahala Insya Allah. (HADITH RIWAYAT : Ad-Daaruquthni dan Abu Daud hadits hasan )

    5.   Diriwayatkan dari Anas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW: “Apabila makan malam telah disediakan, maka mulailah makan sebelum solat Maghrib.”  ( HADITH RIWAYAT : Al-Bukhary dan Muslim )

    6.   Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra: Sesungguhnya Rasulullah SAW.telah bersabda : Bersahurlah kalian kerana sesungguhnya bersahur itu adalah berkat.(HADITH RIWAYAT : Al-Bukhary )

    7.   Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma'di Yaqrib, dari Nabi SAW.bersabda :Hendaklah kamu semua makan sahur, kerana sahur adalah makanan yang penuh berkat. ( HADITH RIWAYAT : An-Nasa'i )

    8.   Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit berkata : Kami bersahur bersama Rasulullah SAW. kemudian kami bangkit untuk menunaikan solat (Subuh ). Saya berkata : Berapa saat jarak antara keduanya ( antara waktu sahur dan waktu Subuh )?Ia berkata : Selama orang membaca lima puluh ayat. ( HADITH RIWAYAT :Al-Bukhary dan Muslim )

    9. Diriwayatkan dari Amru bin Maimun, ia berkata : Sesungguhnya para sahabat Muhammad SAW. adalah orang yang paling menyegerakan berbuka dan melambatkan makan sahur. ( HADITH RIWAYAT : Al-Baihaqi )












    MALAM KE- 11 (Sambungan)

    HADITH-HADITH TENTANG  SAUM (PUASA) RAMADHAN

    12. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. ia berkata : Adalah Rasulullah SAW. Adalah seorang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan.

    13. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW.menggalakkan qiamullail ( solat malam ) di bulan Ramadhan tanpa memerintahkan secara wajib, maka beliau bersabda : Barang siapa yang solat malam di bulan Ramadhan kerana beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu. ( HADITH RIWAYAT : Jama'ah )

    14. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Nabi SAW. Apabila memasuki sepuluh hari terakhir ( bulan Ramadhan ) beliau benar-benar menghidupkan malam ( untuk beribadah ) dan membangunkan isterinya ( agar beribadah ) dengan mengetatkan ikatan sarungnya ( tidak mengumpuli isterinya ). (HADITH RIWAYAT :Al-Bukhary dan Muslim )

    15. Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : Adalah Nabi SAW. bersungguh-sungguh solat malam pada sepuluh hari terakhir ( di bulan Ramadhan ) tidak seperti kesungguhannya dalam bulan selainnya. ( HADITH RIWAYAT : Muslim )

    16. Diriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdur Rahman, sesungguhnya ia telah bertanya kepada Aisyah ra: Bagaimana solat malamnya Rasulullah SAW di bulan Ramadhan ? maka ia menjawab : Rasulullah SAW tidak pernah solat malam lebih dari sebelas raka'at baik di bulan Ramadhan mahupun di bulan lainnya, caranya : Beliau solat empat raka'at jangan tanya baik dan panjangnya, kemudian solat lagi empat raka'at jangan ditanya baik dan panjangnya, kemudian solat tiga raka?at. ( HADITH RIWAYAT : Al-Bukhary,Muslim dan lainnya )

    17. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah SAW. Apabila bangun solat malam, beliau membuka dengan solat dua raka'at yang ringan, kemudian solat delapan raka'at, kemudian solat witir. ( HADITH RIWAYAT : Muslim )

    18. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata : Ada seorang laki-laki berdiri lalu ia berkata : Wahai Rasulullah bagaimana cara solat malam ? Maka Rasulullah  menjawab : Solat malam itu dua raka'at dua raka'at. Apabila kamu kuathir masuk solat Subuh, maka berwitirlah satu raka'at. (HADITH RIWAYAT :Jama'ah )

    19. Dari Aisyah ra. ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW solat di masjid, lalu para sahabat bersolat dengan baginda ( bermakmum di belakang ), lalu baginda solat pada malam kedua dan bertambah ramai para sahabat bermakmum dibelakangnya, kemudian pada malam yang ketiga atau yang keempat mereka berkumpul, maka Rasulullah SAW tidak keluar mengimami mereka. Setelah pagi hari beliau bersabda : Saya telah tahu apa yang kalian perbuat, tidak ada yang menghalangi aku untuk keluar kepada kalian ( untuk mengimami solat ) melainkan aku kuathir solat malam ini difardhukan atas kalian. Ini terjadi pada bulan Ramadhan. ( HADITH RIWAYAT : Al-Bukhary dan Muslim )

    20. Dari Ubay bin Ka'ab t. ia berkata : Adalah Rasulullah SAW. Solat witir dengan membaca : Sabihisma Rabbikal A'la )dan ( Qul ya ayyuhal kafirun) dan (Qulhu wallahu ahad ). ( HADITH RIWAYAT : Ahmad, Abu Daud, Annasa'i dan Ibnu Majah)




    MALAM KE- 12: (Sambungan)

    HADITH-HADITH TENTANG  SAUM (PUASA) RAMADHAN

    21. Diriwayatkan dari Hasan bin Ali t. ia berkata : Rasulullah SAW. Telah mengajarkan kepadaku beberapa kata yang aku baca dalam qunut witir :  ertinya ) Ya Allah berilah aku petunjuk beserta orang-orang yang telah engkau beri petunjuk, berilah aku kesihatan yang sempurna beserta orang yang telah engkau beri kesihatan yang sempurna, pimpinlah aku beserta orang yang telah Engkau pimpin, Berkatilah untukku apa yang telah Engkau berikan, peliharalah aku dari apa yang telah Engkau tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menetapkan dan tiada yang dapat menetapkan sesuatu ke atas Engkau, bahawa tidak akan hina siapa saja yang telah Engkau muliakan dan tidak akan mulia siapa saja yang Engkau musuhinya. Maha agung Engkau wahai Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau. ( HADITH RIWAYAT : Ahmad, Abu Daud, Annasa'i, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )

    22. Dari Abu Hurairah ra. bahawa Nabi SAW. bersabda : Barang siapa yang solat malam menepati lailatul qadar, maka diampuni dosanya yang telah lalu. ( HADITH RIWAYAT : Jama'ah )

    23. Diriwayatkan dari Aisyah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW. Telah bersabda : berusahalah untuk mencari lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir.  HADITH RIWAYAT : Muslim )

    24. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. ia berkata : Dinampakkan dalam mimpi seorang laki-laki bahawa lailatul qadar pada malam kedua puluh tujuh, maka Rasulullah SAW. bersabda : Sayapun bermimpi seperti mimpimu, (ditampakkan pada sepuluh malam terakhir, maka carilah ia ( lailatul qadar ) pada malam-malam ganjil. ( HADITH RIWAYAT : Muslim )

    25. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Saya berkata kepada Rasulullah SAW. Ya Rasulullah, bagaimana pendapat tuan bila saya mengetahui lailatul qadar,apa yang saya harus baca pada malam itu ? Baginda bersabda : Bacalah  ertinya ) Yaa Allah sesungguhnya Engkau maha pemberi ampun, Engkau suka kepada keampunan maka ampunilah daku. ( HADITH RIWAYAT : At-Tirmidzi dan Ahmad )

    26. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW mengamalkan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan sehingga beliau diwafatkan oleh Allah Azza wa Jalla. ( HADITH RIWAYAT : Al-Bukhary dan Muslim )

    27. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW. Apabila hendak beri'tikaf, beliau solat Subuh kemudian memasuki tempat i'tikafnya.......... ( HADITH RIWAYAT :Jama'ah kecuali At-Tirmidzi )

    28. Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata : Adalah Rasulullah SAW. Apabila beri'tikaf , baginda mendekatkan kepalanya kepadaku, maka aku menyisirnya, dan adalah beliau tidak masuk ke rumah kecuali kerana untuk memenuhi hajat manusia ( buang air, mandi dll... ) ( HADITH RIWAYAT : Al-Bukhary dan Muslim )

    29. Allah ta'ala berfirman : ( ertinya ) Janganlah kalian mencampuri mereka( isteri-isteri kalian ) sedang kalian dalam keadaan i'tikaf dalam masjid. Itulah batas-batas ketentuan Allah, maka jangan di dekati... Al-Baqarah : 187 )

    30. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW: Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, ia adalah untukku dan aku yang memberikan pahala dengannya. Dan sesungguhnya puasa itu adalah perisai pertahanan, pada hari ketika kamu puasa janganlah berbuat keji , jangan berteriak-teriak (pertengkaran), apabila seorang memakinya sedang ia puasa maka hendaklah ia katakan : " sesungguhnya saya sedang puasa" . Demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya sungguh bau busuknya mulut orang yang sedang puasa itu lebih wangi disisi Allah pada hari kiamat daripada kasturi. Dan bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan, apabila ia berbuka ia gembira dengan bukaannya dan apabila ia berjumpa dengan Rabbnya ia gembira kerana puasanya. ( HADITH RIWAYAT : Al-Bukhary dan Muslim )

    31. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata : Sesungguhnya Nabi SAW. Telah bersabda : Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan pembohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat ( untuk menerima ) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya. ( HADITH RIWAYAT: Jama'ah Kecuali Muslim ) Maksudnya Allah tidak merasa perlu memberi pahala terhadap puasanya.

    32. Bahawa sesungguhnya Nabi SAW. bersabda kepada seorang wanita Anshar yang sering di panggil Ummu Sinan : Apa yang menghalangimu untuk melakukan haji bersama kami ? Ia menjawab : Keledai yang ada pada kami yang satunya dipakai oleh ayahnya si fulan ( suaminya ) untuk berhaji bersama anaknya, sedang yang satu lagi di pakai untuk memberi minum anak-anak kami. Nabi bersabda lagi  Umrah di bulan Ramadhan sama dengan mengerjakan haji atau haji bersamaku.  HADITH RIWAYAT : Muslim)

    33. Rasulullah saw. bersabda : Apabila datang bulan Ramadhan kerjakanlah umrah kerana umrah di dalamnya ( bulan Ramadhan ) setara dengan haji. ( HADITH RIWAYAT : Muslim)






























    HARI / MALAM KE – 13:

    PUASA MENDIDIK DIRI BESEDERHANA DALAM KEHIDUPAN

    Antara kelebihan Ramadhan ialah puasa pada siangnya berlaku terus menerus selama sebulan. Kita sedia maklum bahawa sesuatu amalan yang dibuat berulang-ulang akan menjadi suatu tabiat. Berpuasa dalam Ramadhan selama sebulan melahirkan satu tabiat kesederhanaan dalam diri seseorang muslim. Islam menyuruh seseorang Muslim besederhana dalam makan minum, berpakaian, tidur dan tutur kata.

    Kita dilatih berbuka segera dengan tamar dan air kemudian terus menunaikan solat Maghrib. Makanan yang diambil haruslah tidak berapa berat agar memudahkan seseorang berdiri lama dalam tarawihnya. Adalah dilarang kita menghidangkan terlalu banyak makanan untuk berbuka atau sahur. Kita dituntut untuk tidur seketika pada waktu siang dan malam. Oleh kerana Ramadhan adalah bulan ibadah. Berlebihan tidur pada siang ataupun malam bererti menyia-nyiakan bulan barkah ini.

    Pertuturan yang tidak dikawal dalam puasa Ramadhan mungkin memerangkap seseorang itu dalam kancah dosa umpatan atau pembohongan. Kedua-dua itu merosakkan kelebihan puasa. Seseorang akan kehilangan janji rahmat dan keampunan daripada Allah SWT. Kesemua sikap sederhana di atas disimpul dalam hadith baginda yang berbunyi:

    Empat perkara yang apabila ada padamu, tidak akan merugikan apapun (peluang) dunia daripadamu, iaitu: memelihara amanah, tutur kata yang benar, akhlak yang baik dan bersih dari tamak (HADITH RIWAYAT. Ahmad).

    Terdapat manusia yang berasa rugi dalam kehidupannya apabila dia tidak berbohong, tidak bercakap banyak dan tidak membolot peluang orang lain. Namun hadith di atas menerangkan sebaliknya, bahawa dunianya tidak akan rugi. Dia akan dipercayai oleh manusia, dan diberkati Allah.

    Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam (HADITH RIWAYAT Bukhari dan Muslim).

    Hadith tadi membuktikan bahawa sesiapa sahaja asalkan Mukmin akan mempunyai tabiat yang sama, iaitu setiap perkataannya walau gurauan mengandungi  ibadah kerana dia tidak akan berkata kecuali membawa kepada kebaikan. Kata-katanya mengandungi pengajaran supaya masyarakat lebih dekat kepada Allah, mengandungi dakwah, mengandungi ajakan untuk saling Bantu membantu, atau mengandungi kemesraan dan harmoni. Jika dia tidak ada apa-apa yang mahu diperkatakan maka diamnya lebih baik dan  diamnya itu juga adalah ibadah.

    Ketika kita rasa letih berpuasa jangan diungkapkan sesalan, tetapi hendaklah kita bersabar atas ujian letih yang sedikit itu. Ini adalah sesuai dengan Ramadhan digelar sebagai ‘syahru sabar’ – bulan kesabaran.





    HARI / MALAM KE – 14:
    RAMADHAN BULAN UZLAH 

    Sesuai dengan kelebihan Ramadhan, Rasulullah SAW , para sahabat dan para solihin telah bekerja keras dalam  beribadah. Ini adalah kerana pahala bagi ibadah Ramadhan tidak ada hadnya. Banyak mana pahalanya Allah SWT sahaja yang tahu. Allah SWT berfirman dalam sebuah hadith qudsi yang bermaksud; “Semua amal manusia adalah miliknya kecuali puasa, sungguh puasa adalah milikKu, dan Aku yang akan membalasnya ( HADITH RIWAYAT Bukhari)

    Dengan itu bulan itu dipanggil bulan ibadah, bulan taubat dan bulan uzlah. Inilah bulan para solihin memohon taubat nasuha – iaitu taubat yang sebersih-bersihnya. Ramadhan adalah bulan bagi  Rasulullah SAW, para sahabat dan solihin untuk banyak uzlah atau bersendirian.

    Ibnu Qayyim rahimahullah menyebut bahawa pada sepanjang tahun manusia yang terlalu banyak bergaul mungkin sedikit sebanyak akan merosakkan akhlaknya.  Uzlah sangat dituntut dalam bulan Ramadhan. Hendaklah kita kurangkan pergaulan selain daripada pergaulan yang perlu seperti urusan mencari rezeki, mengajar, belajar dan mengurus keluarga. Waktu-waktu selain daripada itu hendaklah ditumpu kepada ibadah.Ini adalah kerana puasa yang terdapat dalamnya adalah peluang terbesar untuk menebus daripada neraka menerusi syafaat puasa.


    Budaya sibuk membuat persiapan hari raya sehingga mengurangi ibadah bukan termasuk cara menghayati Ramadhan yang diajar oleh Rasulullah SAW. Kita disuruh menumpu hati dan kemahuan meraih kemenangan melawan hawa nafsu dalam Ramadhan. Nafsu yang dapat ditundukkan dalam Ramadhan ini membawa seseorang Mukmin rajin mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dalam sebelas bulan lagi.

    Jika nafsu tidak dapat ditundukkan dalam bulan Ramadhan apakah lagi dapat diharapkan kekuatan mentaati Allah dalam sepanjang tahun. Kita bimbang jika kelebihan Ramadhan tidak dapat diraih maka dia sukar membuat kebaikan pada bulan lain.




    HARI / MALAM KE – 15:

    BERADA DALAM ISLAM SECARA SEDAR

    1.    Kita menganut Islam secara sedar bererti kita berusaha untuk memahami Islam. Kita pelajari Islam dari sumbernya yang sebenar iaitu al-Quran dan as-Sunnah.Tatacara yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW wajib kita ikuti. Amalan sahabat tidak kita abaikan. Jiwa mukmin akan terusik dengan kemungkaran yang berlaku seharian.

    Maka sesiapa Yang Allah kehendaki untuk memberi hidayah petunjuk kepadanya nescaya ia melapangkan dadanya (membuka hatinya) untuk menerima Islam; dan sesiapa Yang Allah kehendaki untuk menyesatkannya, nescaya ia menjadikan dadanya sesak sempit sesempit-sempitnya, seolah-olah ia sedang mendaki naik ke langit (dengan susah payahnya). Demikianlah Allah menimpakan azab kepada orang-orang Yang tidak beriman.

    2.    Jiwa yang sedar tidak akan berasa puas dengan amalannya sahaja, tetapi ia akan mengajak mereka yang ada di sekelilingnya untuk mengamalkan Islam. Mereka mahu agar semua umat menghuni syurga, bukan neraka Allah taala.

    Jika demikian, Adakah orang yang telah dilapangkan Allah dadanya untuk menerima Islam, lalu ia tetap berada Dalam cahaya (hidayah petunjuk) dari Tuhannya. Maka celakalah bagi mereka yang keras hatinya daripada mengingati Allah. Sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata

    3.    Orang yang menganut Islam secara sedar tidak sahaja menghafal rukun ISLAM, tetapi mereka berusaha untuk mengamalkan kefahaman ISLAM dalam kehidupan mereka seharian keseluruhannya. Surah al-Baqarah ayat 207 – 208 berbunyi:

    Dan di antara manusia ada Yang mengorbankan dirinya kerana mencari keredaan Allah semata-mata; dan Allah pula amat belas-kasihan akan hamba-hambanya. Wahai orang-orang Yang beriman! masuklah kamu ke Dalam ugama Islam (dengan mematuhi) Segala hukum-hukumnya; dan janganlah kamu menurut jejak langkah Syaitan; Sesungguhnya Syaitan itu musuh bagi kamu Yang terang nyata.

    4.     ISLAM melahirkan umat yang berdikari, kreatif dan proaktif. Umat ISLAM faham, sedar dan bertenggungjawab akan melaksanakan kehendak ajaran Islam secara bersungguh-sungguh.
    Seseorang yang membawa tali lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya ke pasar untuk dijual dan wangnya digunakan untuk mencukupi keperluan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik dari seseorang yang meminta-minta kepada orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak (HADITH RIWAYAT. Bukhari dan Muslim).


    Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang bekerja dan mencari nafkah. Barangsiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah azza wa jalla (HADITH RIWAYAT. Ahmad).

    HARI / MALAM KE – 16:

    ISLAM SEBAGAI RAHMAT KEPADA DUNIA

    1.    Islam merupakan agama seluruh manusia sedunia. Semestinya manusia memilih Islam sebagai anutan mereka. Inilah yang telah diingatkan Allah dalam surah Ali Imran : 83

    Patutkah sesudah (mengakui dan menerima perjanjian) itu, mereka mencari lain dari ugama Allah? padahal kepadaNyalah tunduk taat sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi, sama ada dengan sukarela ataupun terpaksa, dan kepadanyalah mereka dikembalikan.


    2.    Risalah Islam adalah berbentuk sejagat/antarabangsa. Rasulullah SAW diutuskan Allah SWT adalah bertugas untuk membawa RAHMAT kepada saeluruh alam. Ini telah ditegaskan dalam al-Quran surah al-Anbiya’ : 107

    Dan tiadalah Kami mengutuskan Engkau (Wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam.

    3.    Untuk mendapat RAHMAT Allah SWT, ajaran al-quran hendaklah diikuti.Al-Quran yang berbahasa arab itu sudah tentu menjadi faktor kukuh untuk menyatukan umat manusia, aqidah yang satu, kitab yang satu iaitu al-quran. Rasulullah SAW adalah rasul akhir zaman. Hal ini perlulah benar-benar diyakini. Jangan ada rasa ragu-ragu terhadap ISLAM, RAHMAT ALLAH . Hal ini telah ditegaskan al-Quran dalam surah al-Baqarah : 147
      
    Kebenaran (yang datangnya kepadamu dan disembunyikan oleh kaum Yahudi dan Nasrani) itu (Wahai Muhammad), adalah datangnya dari Tuhanmu; oleh itu jangan sekali-kali engkau termasuk dalam golongan orang-orang yang ragu-ragu.


    4.    Dalam mengajak manusia kepada Islam dan seterusnya memperolehi RAHMAT Allah SWT, Islam tidak memaksa manusia menganutinya. Tiada paksaan dalam memilih deen (agama) .

    Tidak ada paksaan Dalam ugama (Islam), kerana Sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Oleh itu, sesiapa Yang tidak percayakan Taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali ugama) Yang teguh Yang tidak akan putus. dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui.


    5.    Sebelum kewafatan Rasulullah SAW, Allah telah tegaskan bahawa ISLAM sahajalah agama yang diterimaNya, yang diberi RAHMAT dan diredhoi Allah SWT. Ini telah termaktub dalam surah al-Maidah: 3


    Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kamu ugama kamu, dan Aku telah cukupkan nikmatKu kepada kamu, dan Aku telah redakan Islam itu menjadi ugama untuk kamu.  








    MALAM KE – 17:
    BAHAYA MENINGGALKAN AMAR MA’RUF NAHYI MUNKAR


    1.    Pengertian amar ma’ruf dan nahyi munkar. Yang dimaksudkan ialah ma’ruf al-akbar dan mungkar al-akbar. Makruf al-Akbar adalah menerima sistem Allah dan mungkar al-Akbar adalah menolak sistem Allah SWT. Berhubung perkara ini Allah SWT telah menyatakan dalam surah al-Maidah: 78-79


    Orang-orang kafir Yahudi dari Bani Israil telah dilaknat (di Dalam Kitab-kitab Zabur dan Injil) melalui lidah Nabi Daud dan Nabi Isa Ibni Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka menderhaka dan selalu melanggari arahan. Mereka sentiasa tidak berlarang-larangan (sesama sendiri) dari perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sesungguhnya amatlah buruk apa yang mereka telah lakukan.

    2.    Adalah wajib kita menegakkan ma’ruf al-Akbar dan mencegah mungkar al-Akbar dalam kehidupan kita seharian.Allah SWT telah menegaskan dalam surah At-Taubah:71

    Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, setengahnya menjadi penolong bagi setengahnya yang lain; mereka menyuruh berbuat kebaikan, dan melarang daripada berbuat kejahatan; dan mereka mendirikan sembahyang dan memberi zakat, serta taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.


    3.    Adalah bahaya jika kita meninggalkan kewajipan menegakkan ma’ruf al-Akbar dan menolak mungkar al-Akbar ini. Bahayanya adalah secara menyeluruh. Sepertimana yang al-Quran jelaskan dalam surah al-Anfal: 25.

    Dan jagalah diri kamu daripada (berlakunya) dosa (yang membawa bala bencana) yang bukan sahaja akan menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu secara khusus (tetapi akan menimpa kamu secara umum). dan ketahuilah Bahawa Allah Maha berat azab seksaNya.


    Antara bahaya meninggalkan amar makruf nahyi mungkar ialah ;

    a)    Kita dila’nati Allah SWT.
    b)    Menyebabkan kemasiatan berleluasa dalam masyarakat kita.
    c)    Do’a kita tidak akan dimakbulkan Allah SWT.
    d)    Pastinya akan muncul pemimpin yang zhalim bagi menguruskan bumi ini.
    e)    Allah SWT akan menurunkan azabNya kepada kita. Dan azab ini akan tersebar kepada seluruh dunia ini.

    Maka sesungguhnya orang yang hidup diantara kamu kelak akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atasmu berpegang teguh akan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin yang diberi petunjuk.Dan berpeganglah dengan sunnah-sunnah itu dengan kuat dan jauhilah olehmu bid’ah, sesungguhnya segala bid’ah itu sesat. ( HADITH RIWAYAT. Abu Dawud dan Turmudzi ).




    MALAM KE – 18:
                    ISTIQAMAH ATAS JALAN ISLAM DAN DAKWAH

    1.    Maksud istiqamah ialah terus tetap atas jalan ISLAM. Sekali seseorang itu beriman, maka dia akan terus menerus bersama ISLAM, walau apa pun yang terjadi. Sanggup mempertahankan ISLAM dalam semua keadaan. Tetap memilih kebenaran. Ini selaras dengan firman Allah dalam surah Huud: 112

    Oleh itu, hendaklah Engkau (Wahai Muhammad) sentiasa tetap teguh di atas jalan Yang betul sebagaimana Yang diperintahkan kepadaMu, dan hendaklah orang-orang Yang  kembali kepada kebenaran dengan mengikutmu berbuat demikian; dan janganlah kamu melampaui batas hukum-hukum Allah; Sesungguhnya Allah Maha melihat akan apa Yang kamu kerjakan.


    2.    Mereka yang istiqamah dalam menjalankan kerja-kerja ISLAM, akan mendapat bantuan Allah SWT dan Malaikat pun membantunya. Ini telah dinyatakan dalam al-Quran surah Fussilat:30

    Sesungguhnya orang-orang Yang menegaskan keyakinannya Dengan berkata: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap teguh di atas jalan Yang betul, akan Turunlah malaikat kepada mereka dari semasa ke semasa (dengan memberi ilham): "Janganlah kamu bimbang (dari berlakunya kejadian Yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berdukacita, dan Terimalah berita gembira Bahawa kamu akan beroleh syurga Yang telah dijanjikan kepada kamu.

    3.    Balasan yang akan Allah SWT berikan kepada mereka yang beristiqamah di jalanNya telah diberi tahu dalam surah al-Ahqaaf: 13-14.

    Sesungguhnya orang-orang Yang menegaskan keyakinannya Dengan berkata: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap teguh di atas jalan Yang betul (dengan pengakuan iman dan tauhidnya itu), maka tidak ada kebimbangan (dari sesuatu Yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita. Merekalah ahli syurga, tetap kekalah mereka di dalamnya, sebagai balasan bagi amal-amal soleh Yang mereka telah kerjakan.


    4.    Ramuan untuk terus beristiqamah dengan ISLAM  adalah;
                    Ikhlas
                    Muhasabah
                    Interaksi dengan al-Quran
                    Yakin dengan keutamaan dakwah Islam
                    Membaca kisah orang-orang yang istiqamah di jalan dakwah
                    Sokongan daripada  keluarga

    Dari Abu ‘Amroh Sufyan bin Abdillah ra berkata ; Ya Rasulallah,katakan kepadaku satu kata saja yang aku tidak akan bertanya kepada siapapun selain engkau ! Jawab Rasul SAW : Katakan , aku beriman kepada Allah,lalu istiqomahlah. ( HADITH RIWAYAT.Muslim )

    Zaid bin Haritsah bertanya kepada Rasul SAW ( dalam perjalanan ditengah cobaan badai da’wah ke Thoif ), Ya Rasulallah ; apakah engkau akan kembali ke Makkah sedang engkau telah diusir oleh mereka ( kuffar quraisy )? Wahai Zaid; sesungguhnya apa yang kamu saksikan saat ini (dari kesulitan , banyaknya tantangan dan rintangan ), Allah akan berikan kelapangan dan jalan keluar dan Allah Maha menolong agamanya lagi Maha pemberi kemenangan kepada nabiNya ( dan orang yang membela agamaNya ).

    MALAM KE – 19:
    HIDUP BERSAMA AL-QURAN
    Mereka yang cinta kepada ISLAM (Amal Islam) hidup mereka sentiasa bersama al-Quran: HIDUP BERSAMA AL-QURAN bermaksud; Tilawah (membaca) , Hifdz (menghafal), Tadabbur (mengkaji). Mereka yang hidup bersama al-Quran bermakna mereka yang beriman. Sudah tentu mereka ini akan sentiasa meletakkan Allah dan RasulNya sebagai ikutan dalam semua urusan kehidupan mereka. Hal ini telah ditegaskann oleh Allah dalam surah al-Hujuraat: 1.

    Wahai orang-orang Yang beriman! janganlah kamu memandai-mandai (melakukan sesuatu perkara) sebelum (mendapat hukum atau kebenaran) Allah dan RasulNya; dan bertaqwalah kamu kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha mengetahui.

    Keindahan hidup bersama al-Quran tergambar dengan beberapa pengalaman:
    a.                                                    Ketenangan jiwa,  Dalam hal ini al-quran menjelaskannya dalam surah Ar-Ra’du :28

    (Iaitu) orang-orang Yang beriman dan tenang tenteram hati mereka Dengan zikrullah". ketahuilah Dengan "zikrullah" itu, tenang dan  tenteramlah hati manusia.

    b.    Kemenangan (keuntungan), surah Ali Imran : 104

    Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak Yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam), dan menyuruh berbuat Segala perkara Yang baik, serta melarang daripada Segala Yang salah (buruk dan keji). dan mereka Yang bersifat demikian ialah orang-orang Yang berjaya.

    c.    Keselamatan, - selamat dari api neraka. Selamat dari siksaan Allah SWT.

    d.    Kebahagiaan, Memahami hakikat kehidupan. Mendapat rahmat Allah SWT adalah suatu kebahagiaan. Hakikat kehidupan adalah mencari redha Ilahi. Hidup dengan mendapat rezki Allah SWT terus menerus. Kehidupan yang bahagia di akhirat nanti.
    .
    Aku tinggalkan dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh kepada keduanya,kalian tidak akan sesat sepeninggalku nanti , iaitu kitabullah ( Al Qur an ) dan Sunnah Rasul Nya.( HADITH RIWAYAT.Imam Malik )
    Sesungguhnya Allah mengangkat darjat dengan sesuatu kaum dengan al-quran, dan sebaliknya Menghinakan dengan Al Qur an pula kaum yang lain ( bila meninggalkan dan tidak mengamalkannya ) ( HADITH RIWAYAT,Muslim).
    Sebaik-baikkalian adalah orang yang mempelajari Al Qur an dan mengajarkannya. (HADITH RIWAYAT. Bukhori )











    MALAM KE-20:

    PANDUAN MENDAPAT  LAILATUL QADR

    Muqadimah

    Sesudah disyariatkan ibadah puasa, dengan harapan umat Islam dapat merealisasi nilai taqwa, Allah SWT melengkapi nikmat-Nya dengan memberikan  "Lailatul qadr". Allah berfirman :

    " Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an pada " Lailatul qadr". Tahukah kalian apakah " Lailatul qadr" ?. Itulah malam yang lebih utama daripada seribu bulan" (SURAH. Al Qodr : 1-3)

    Keutamaan Lailatul qadr

    Ayat yang disebutkan di atas jelas menunjukkan nilai utama bagi malam " Lailatul qadr". Anas bin Malik ra menyebutkan bahawa yang dimaksud dengan keutamaan disitu adalah bahawa amal ibadah seperti solat, tilawah al-Qur'an, dzikir serta amal masyarakat (seperti sadaqah dan zakat), yang dilakukan pada malam itu lebih baik dari seribu bulan berbanding malam-malam yang lain. Dalam riwayat lain Anas bin Malik juga menyampaikan keterangan Rasulullah SAW bahawa

     

    `sesungguhnya Allah mengurniakan " Lailatul qadr" untuk umatku, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya.’


    Sementara berkenaan dengan ayat 4 surah al-Qadr, Abdullah bin Abbas ra menyampaikan sabda Rasulullah bahawa pada saat terjadinya Lailatul qadr, para malaikat turun ke bumi menghampiri hamba-hamba Allah yang sedang qiamullai, atau melakukan dzikir, para malaikat mengucapkan salam kepada mereka. Pada malam itu pintu-pintu langit dibuka, dan Allah menerima taubat dari para hambaNya yang bertaubat.

    Dalam riwayat Abu Hurairah ra, seperti dinyatakan oleh Bukhori, Muslim dan al Baihaqi, Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan , "barang siapa melakukan qiam ( solat malam) pada Lailatul qadr, atas dasar iman serta semata-mata mencari keridhaan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang pernah dilakukannya".

    Demikian banyaknya keutamaan Lailatul qadr, sehingga Ibnu Abi Syaibah pernah menyampaikan ungkapan al Hasan al Basri,  katanya : " Saya tidak pernah tahu adanya hari atau malam yang lebih utama dari malam yang lainnya, kecuali ' Lailatul qadr', kerana Lailatul qadr lebih utama dari (amalan) seribu bulan".

    Hukum "Mencari" Lailatul qadr.

    Umar pernah menyampaikan sabda Rasulullah SAW : " Barangsiapa mencari Lailatul qadr, hendaklah ia mencarinya pada malam kedua puluh tujuh" (HADITH RIWAYAT. Ahmad). Maka para ulama' berkesimpulan bahawa berusaha mencari Lailatul qadr hukumnya mustahabbah (disunatkan) .

    Bilakah terjadinya Lailatul qadr? Sesuai dengan hadith-hadith riwayat Ibnu Umar, Abu Dzar, dan Abu Hurairah, Lailatul qadr bukannya sekali terjadi pada masa Rasulullah SAW, melainkan ia terus berlangsung pada setiap bulan Ramadhan untuk mashlahat umat Muhammad, sehinggalah hari qiamat. Adapun tentang penentuan bila  terjadinya Lailatul qadr, para ulama berbeza pendapat disebabkan luasnya maklumat hadits Rasulullah, serta pemahaman para sahabat tentang hal tersebut, sebagaimana dibawah ini :

    1.    Lailatul qadr terjadi pada malam 17 Ramadhan, malam diturunkan Al Qur'an. Hal ini disampaikan oleh Zaid bin Arqom, dan Abdullah bin Zubair ra. (HADITH RIWAYAT. Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi dan Bukhori dalam tarikh).

    2.    Lailatul qadr terjadi pada malam-malam ganjil disepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Diriwayatkan oleh Aisyah dari sabda Rasululah SAW: "Carilah Lailatul qadr pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan" (HADITH RIWAYAT. Bukhori, Muslim dan Baihaqi)

    3.    Lailatul qadr terjadi pada malam tanggal 21 Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Abi Said al Khudri yang dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim.

    4.    Lailatul qadr terjadi pada malam tanggal 23 bulan Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Abdullah bin Unais al Juhany, seperti dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim.

    5.    Lailatul qadr terjadi pada malam tanggal 27 bulan Ramadhan, berdasarkan hadits riwayat Ibnu Umar, seperti diriwayatkan oleh Ahmad. Dan seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, bahawa Umar bin al Khotob, Hudzaifah serta sekumpulan besar sahabat, yakin bahawa Lailatul qadr terjadi pada malam 27 bulan Ramadhan. Rasulullah SAW seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, juga pernah menyampaikan kepada sahabat yang telah tua dan lemah tak mampu qiam secara berpanjangan dan meminta nasihat kepada beliau bilakah boleh mendapatkan Lailatul qadr, Rasulullah SAW kemudian menasihati agar ia mencarinya pada malam ke 27 bulan Ramadhan (HADITH RIWAYAT. Thabroni dan Baihaqi).

    6.    Seperti difahami dari riwayat Ibnu Umar dan Abi Bakrah yang dilaporkan oleh Bukhori dan Muslim, terjadinya Lailatul qadr mungkin berpindah-pindah pada malam-malam ganjil sepanjang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sesuai dengan maklumat terakhir ini, dan kerana pentingnya Lailatul qadr, maka selayaknya setiap muslim berupaya selalu mendapatkan Lailatul qadr pada sepanjang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

    Tanda-tanda terjadinya Lailatul qadr

    Seperti diriwayatkan Oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi, bahawa Rasulullah SAW pernah bersabda: " Pada saat terjadinya Lailatul qadr itu, malam terasa jernih, terang, tenang, cuaca sejuk tidak terasa panas tidak juga dingin. Dan pada pagi harinya matahari terbit dengan jernih terang benderang tanpa tertutup sesuatu awan".

    Apa yang perlu dilakukan pada Lailatul qadr dan agar dapat mencari Lailatul qadr?

    1.    Lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan semua bentuk ibadah pada hari-hari Ramadhan, menjauhkan diri dari semua hal yang dapat mengurangi keseriusan beribadah pada hari-hari tersebut. Disamping itu seseorang muslim itu disarankan untuk mengajak ahli keluarganya  Hal inilah yang ditunjukkan Rasulullah SAW.

    2.    Melakukan i'tikaf dengan dengan sekuat tenaga. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

    3.    Melakukan qiamullail secara berjama'ah bersama imam, sehinggalah rakaat terakhir, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dzar ra.

    4.    Memperbanyak do'a memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah dengan lafaz : "Allahumma innaka 'afuwun tuhibul afwa fa'fu 'anni". Hal inilah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Aisyah ra ketika beliau bertanya : ' wahai Rasulullah, bila aku ketahui kedatangan Lailatul qadr, apa yang mesti aku ucapkan"? (HADITH RIWAYAT. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi)



    Mencari " Lailatul qadr" bagi Muslimah

    Sebagaimana tersirat dari dialog Rasulullah SAW dengan Aisyah, isteri beliau itu, maka mudah disimpulkan bahawa kaum muslimah-pun disyari'atkan dan diperbolehkan mencari Lailatul qadr  dengan melakukan semaksima mungkin ibadah pada malamnya. Demikianlah panduan ringkas ini, mudah-mudahan pada bulan Ramadhan tahun ini Allah memperkenankan kita dengan " Lailatul qadr", malam yang utama dari 1000 bulan, iaitu bersamaan 83 tahun itu.











































    MALAM KE-21:
    MEMERANGI KEMISKINAN DAN KEBODOHAN

    1.    ISLAM memerangi kemiskinan dan kebodohan dalam kehidupan umat. Bagi memerangi kemiskinan, umat Islam dikehendaki bertaqwa kepada Allah SWT dan bercakap benar. Ini telah dinyatakan Allah dalam al-Quran surah an-Nisa’ : 9. 

    Dan hendaklah takut (kepada Allah daripada melakukan aniaya kepada anak-anak yatim oleh) orang-orang (yang menjadi penjaganya), Yang jika ditakdirkan mereka pula meninggalkan anak-anak Yang daif (yatim) di belakang mereka, (tentulah) mereka akan merasa bimbang terhadap (Masa depan dan keselamatan) anak-anak mereka; oleh itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka mengatakan perkataan Yang betul (menepati kebenaran).


    2. Mereka yang bodoh adalah mereka yang membiarkan diri mereka masuk ke dalam api neraka, seperti mana Allah nyatakan dalam surah an-Nisa. : 10.  

    Sesungguhnya orang-orang Yang memakan harta anak-anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu hanyalah menelan api ke Dalam perut mereka; dan mereka pula akan masuk ke Dalam api neraka Yang menyala-nyala.


                    Munafik, tidak tepati janji dan mendustai Allah SWT adalah suatu kebodohan. Perlakuan pendusta telah Allah nyatakan dalam surah Al-Hasyr (59): 11

    Tidakkah Engkau melihat dan merasa hairan (Wahai Muhammad) terhadap sikap orang-orang munafik itu? mereka tergamak berkata kepada saudara-saudara mereka Yang kafir dari kalangan (kaum Yahudi) ahli Kitab: "Sesungguhnya, kalau kamu dihalau keluar sudah tentu Kami akan keluar bersama-sama kamu, dan Kami tidak akan tunduk taat kepada sesiapapun untuk menentang kamu selama-lamanya; dan kalau kamu diperangi, sudah tentu Kami akan membela kamu!" padahal Allah mengetahui dan menyaksikan Bahawa sebenarnya mereka adalah pendusta.

    Bagi ISLAM, kemiskinan dan kebodohan adalah suatu gambaran negatif. Islam tidak mahu umatnya miskin. Oleh itu ada arahan yang menghendaki umat Islam bekerja untuk dunia seolah-olah mereka akan hidup menungkat langit (selama-lamanya). Sedang gesaan dibuat untuk bekerja untuk akhirat seolah-olah mereka akan mati esok. Bagi memerangi kebodohan pula Islam menggesa umatnya belajar dari buaian hingga ke liang lahad.

    ISLAM mahu umatnya bekerja bersungguh-sungguh sepertimana di tegaskan dalam al-Quran surah at-Taubah(9): 105

    Dan Katakanlah (Wahai Muhammad): Beramalah kamu (akan Segala Yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang-orang Yang beriman akan melihat apa Yang kamu kerjakan; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui perkara-perkara Yang ghaib dan Yang nyata, kemudian ia menerangkan kepada kamu apa Yang kamu telah kerjakan".


    Al-Quran juga menjelaskan bahawa ISLAM bukanlah agama yang sempit dan jumud. Ini telah dinyatakan dalam surah al-Hajj(22):78.  

    Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah Dengan jihad Yang sebenar-benarnya Dia lah Yang memilih kamu (untuk mengerjakan suruhan ugamaNya); dan ia tidak menjadikan kamu menanggung sesuatu keberatan dan susah payah Dalam perkara ugama, ugama bapa kamu Ibrahim. Ia menamakan kamu: "Orang-orang Islam" semenjak dahulu dan di Dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi Yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu, dan supaya kamu pula layak menjadi orang-orang Yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang Yang benar dan Yang salah). Oleh itu, dirikanlah sembahyang, dan berilah zakat, serta berpegang teguhlah kamu kepada Allah! Dia lah Pelindung kamu. maka (Allah Yang demikian sifatnya) Dia lah sahaja sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik pemberi pertolongan.












































    MALAM  KE-22:
    IKTIKAF 10 AKHIR RAMADHAN

    1. Makna iktikaf ialah tekun atau tetap diri di dalam masjid dengan niat untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.  Dasar hukum iktikaf sepertimana terdapat dalam  Surah al-baqarah ayat 125:

    Dan (ingatlah), ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah sebahagian dari maqam Ibrahim[89] sebagai tempat solat. Dan Telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".


    Surah al-Baqarah ayat 187:

    … janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa.


    1. Iktikaf 10 akhir Ramadhan adalah istimewa kerana dalamnya diharapkan terdapatnya  malam “Lailatul Qadr”  yang pasti berlaku. Ganjaran beribadat pada malam Laitul Qadr ialah seumpama beribadat 1000 bulan.

    1. Beriktikaf di masjid ialah menumpukan sepenuhnya pengabdian kepada Allah serta memutuskan hubungan dengan orang ramai dan diikuti pula dengan suasana berpuasa, semata-mata mengharap keredhaan Allah, maka besar kemungkinan kita akan mendapat malam yang istimewa itu ( lailatul qadr).

    1. Oleh sebab itu Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan amalan iktikaf pada sepuluh hari akhir Ramadhan sejak ia disyariatkan. Baginda akan memasuki tempat iktikaf bermula pada petang hari 20 Ramadhan, dan keluar pada pagi ‘Idul Fitri atau selepas jatuh matahari pada malam sebelumnya.

    1. Iktikaf adalah di antara sunnah Nabi SAW yang kurang diamalkan pada akhir zaman. Semoga usaha ke arahnya akan diteruskan. Bagi mereka yang tidak mampu melakukan cara yang terbaik di atas, maka ibadah iktikaf secara tidak penuh dibenarkan.  Ini boleh didasarkan daripada kaedah Ilmu Usul yang berbunyi, “Jika kamu tidak mampu melakukan kesemua suruhan maka jangan tinggal kesemuanya.”

    1. Menurut pendapat Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Baari (Syarah Sahih Bukhari), seseorang itu boleh iktikaf sehari, dua hari, atau selang sehari, atau siang sahaja, atau malam sahaja dan seumpamanya. Sesiapa yang ingin iktikaf malam sahaja hendaklah dia masuk ke tempat iktikafnya sebelum terbenam matahari dan keluar setelah solat Subuh. Bagi yang ingin iktikaf siang sahaja hendaklah masuk ke tempat iktikaf sebelum solat Subuh dan keluar setelah solat Maghrib. Bagi  mereka yang ingin beriktikaf siang dan malam hendaklah masuk ke tempat iktikaf sebelum Maghrib dan keluar sesudah Maghrib keesokan harinya.


    1. Kelebihan iktikaf:

      1. Kelebihan yang agung ialah moga-moga mendapat “Lailatul Qadr”. Firman Allah SWT dalam Surah Al-Qadr yang bermaksud, “ Lailatul Qadr lebih baik daripada seribu bulan.”

      1. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud, “Sesiapa iktikaf satu hari semata-mata mengharap keredhaan Allah, niscaya Allah jadikan (jarak) antaranya dan api neraka sejauh tiga parit, yang mana lebar satu parit ialah lebih jauh daripada dua mata angin (timur dan barat).” (Hadith Riwayat Al-Thabari)


    1. Hikmah Iktikaf:

      1. Menjernihkan dan menguatkan jiwa untuk mengharungi hidup pada masa hadapan dengan lebih baik.

      1. Kalau Ramadhan sebagai bulan ujian, maka kemuncak ujian ialah umat Islam pada iktikaf sepuluh hari terakhirnya.

      1. Berusaha mendapat kelebihan Lailatul Qadr terutama pada malam-malam yang ganjil.

      1. Mendapat peluang dimustajabkan doa semasa iktikaf untuk menghadapi kehidupan setahun berikutnya.































    MALAM KE – 23:
    MENGHIDUPKAN MALAM-MALAM RAMADHAN

    Hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi:

    Sesungguhnya pada tengah malam terdapat satu saat dimana tidak seorang muslim pun yang meminta kepada Allah kebaikan dari urusan dunia mahupun akhirat kecuali Allah akan berikan, dan hal itu terdapat pada setiap malam.( HADITH RIWAYAT. Muslim ).

    Ramadhan keseluruhannya adalah bulan ibadah. Oleh itu tidak sekadar berpuasa pada siang hari tetapi malamnya pula dipenuhi dengan pelbagai ibadat. Menghidupkan malam-malam Ramadhan qiam al-Ramadhan adalah antara cara menghidupkan Ramadhan.

    Rasulullah SAW pernah menasihati Abu Zar; “Sekiranya kamu ingin mengembara, apakah kamu akan membuat persiapan? Jawab Abu Zar, “Ya.” Sabda baginda pula;”Bagaimana pula degan pengembaraan menuju akhirat? Mahukah engkau mendengar sekiranya aku memberitahumu bekalan menuju hari tersebut? Jawab Abu Zar; Bahkan ya Rasulullah, demi ayah dan ibuku.” Bersabdanya; “Berpuasalah pada hari panas terik demi menghadapi kebangkitan, solat dua rakaat di tengah malam gelita demi menghadapi kesunyian dan kegelapan kubur, tunaikan haji demi menghadapi cabaran-cabaran besar (yang menanti), hulurkan sadaqahmu kepada si miskin, ungkaplah sentiasa kalimah yang benar, diam dan hindarkan diri daripada bertutur dan melafazfan perkataan yang tercela dan buruk.”

    Antara cara mengidupkan malam ialah dengan menunaikan tarawih. Selain daripada tarawih ialah dengan menunaikan solat sunat sepertiga akhir malam, kira-kira satu atau dua jam sebelum sahur.

    Solat malam tidak dapat ditandingi oleh ibadah lain. Ia membekalkan Mukmin dengan daya juang yang tinggi dan kemampuan jiwa yang tidak dapat digambarkan hebatnya seperti diterangkan dalam Surah al-Muzammil ayat 6:

    ``Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”

    Ayat tersebut menerangkan bahawa bangun malam menguatkan jiwa hingga mampu menghadapi tanggungjawab hidup dan masalah. Perintah qiamullail seperti ini pernah diwajibkan kepada Mukmin yang menghadapi tekanan Quraisy di Mekah semata-mata kerana beriman kepada Rasul SAW dan memilih Islam sebagai cara hidup.

    Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. (Al-Isra’ : 79)


    Demikian dengan bangun malam hari akan dibersihkan dan taqwa akan ditingkatkan. Adalah satu yang asli atau fitrah hati mencari taqwa, hati ingin berdamping dengan Tuhan yang menciptakannya. Apabila hati itu didekatkan kepada Allah dengan memuji dalam ibadah-ibadah, ia bersinar, hidup dan puas. Mukmin seperti ini akan memiliki sahsiah yang mulia.

    Dia  akan mampu menangkis pengaruh jahat, keji dan dosa. Dia terpelihara daripada gaya hidup kebendaan pada hari ini yang telah menjadikan ramai manusia rakus. Dia terselamat daripada terpengaruh dengan gaya hidup yang lupakan Allah. Dia terselamat daripada terpengaruh dengan gaya hidup yang menganggap dosa serta balasan siksa sebagai sesuatu yang enteng dan gurauan.

    Apakah tidak boleh seseorang itu bekerja keras mencari rezeki tanpa menjadi tamak haloba dan rakus?, dan tanpa mencabar nasihat dan perintah Allah? Jawapannya boleh, iaitu dengan sekurang-kurangnya dua rakaat solat tengah malam seperti hadith Nabi SAW, ``Jibril datang menemui Nabi dan berkata, ``Hai Muhammad, hiduplah seperti mana engkau mahu, namun engkau pasti mati. Buatlah apa yang engkau mahu, namun engkau pasti berpisah dengannya. Ketahuilah bahawa keutamaan seseorang Mukmin itu ialah dengan qiamllail manakala kemuliaannya ialah dengan sikap berdikari (tidak mengharap kepada orang lain).” (Hadith Riwayat Tabrani)

    Jelaslah bahawa qiamullail boleh mengingatkan seseorang Mukmin daripada terleka dengan kemahuan hatinya yang melampau. Untuk memelihara daripada haloba dan rakus itu carilah kekuatan yang disediakan oleh Allah pada tengah malam walaupun dengan solat dua rakaat  sahaja. Mudah-mudahan perjalanan menuju akhirat dibimbing oleh Allah, seperti firman Allah dalam Surah ad-Dzariat ayat 15 – 18:

    Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata airnya. Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat keb.aikan.  Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam, dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar

    Oleh itu janganlah kita mengabaikan peluang ini dengan melakukan perkara-perkara lain seperti berhibur, berlebihan menyiapkan sambutan ‘Idul Fitri secara berlebihan, berbual kosong, atau melakukan perbuatan keji.





























    MALAM KE – 24:

    RAMADHAN MELATIH UNTUK PRIHATIN KEPADA UMAT

    Berpuasa melatih menanggung derita. Ia melatih sifat mengambil berat akan golongan yang tidak bernasib baik. Lalu diwajibkan zakat fitrah, dituntut memberi makan orang berbuka dan sadaqah.   Kerana itu sesudah Ramadhan berakhir, semestinya seseorang itu akan semakin prihatin terhadap kaum muslimin yang mengalami kesulitan hidup. Prihatin adalah sebahagian tanda iman.

    Barang siapa yang tidak mengambil berat urusan umat islam maka ia tidak termasuk golongan mereka. ( HADITH RIWAYAT. Abu Dawud )

    Urusan umat Islam termasuk urusan aqidah, keselamatan, kebajikan makan minum dan tempat tinggal mereka. Dari segi aqidah umat Islam sedang diasak dengan pelbagai ajaran sesat seperti sekularisma, syirik dan murtad.

    Dari segi keselamatan semakin hari wilayah Islam semakin kecil akibat dirampas atau dijajah oleh kuasa-kuasa besar, seperti yang berlaku di Palestin, Iraq, Bosnia, Chenchen, Kashmir, Selatan Filipina, dan Afghanistan. Rumah mereka dihancurkan, zuriat mereka hapuskan dengan apa yang   dipanggil  sebagai penghapusan etnik.

    Dari segi ilmu dan teknologi, umat Islam amat ketinggalan. Dari segi ekonomi kita cuai sehingga meminta daripada pihak timur dan barat. Umat Islam tidak boleh bersatu. Sebaliknya Musyrikin bersatu menghancur kita sedang kita masih dibuai dengan kelekaaan. Kita mudah dibuai dan digula-gulakan, sehingga saudara seagama kita disesatkan sambil kita tidak mempunyai rasa prihatin.

    Mengapakah kadar kemerosotan para pelajar kita semakin meruncing di sekolah-sekolah? Kenapakah kadar jenayah remaja kita semakin tinggi? Kenapakah kadar penagihan dadah di kalangan umat Islam negara kita semakin meningkat? Dan juga kadar kemiskinan kita semakin bertambah? Sedangkan  Ramadhan yang diwajibkan bagi kita pada setiap tahun untuk kita beroleh taqwa?. Firman Allah dalam Surah al-Hujurat ayat 10:
    ``Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
    Dalam ayat tersebut dinyatakan bahawa taqwa menanam sifat bersaudara sesama Mukmin. Orang yang bersaudara tentu sekali berkasih sayang dan saling mengambil berat antara satu sama lain.
    Kita perlu mengambil berat mengenai aqidah umat ini, dengan saling mengeratkan hubungan ukhwah sesama kita. Ajaklah anak buah dan jiran ke masjid untuk mengikuti pengajian supaya mereka tahu perintah dan larangan Allah. Hal ini disebut oleh Allah sepertimana para Rasul sedih melihat umat yang jahil terhadap ajaran Quran dalam Surah ar-Rum ayat 30

    Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diendahkan".
    Kita wajib berdakwah dengan apa juga cara dengan penuh hikmah dan sesuai dengan kebolehan kita. Dakwah adalah hak Allah. Dialah yang memasukkan seruan itu ke dalam hati manusia. Cuma Allah hendak memberi peluang kepada kita supaya memperolehi syurga dengan cara menanggung susah payah menyebar agamanya dan menyelamatkan manusia. Firman Allah alam Surah at-Taubah ayat 40:

    ``Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah Telah menolongnya (iaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia Berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentera yang kamu tidak dapat melihatnya, dan Al-Quran meletakkan orang-orang kafir pada martabat yang rendah , dan kalimat Allah Itulah yang Tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

    Ayat itu menerangkan keputusan Allah kepada orang-orang kafir Mekah yang telah sepakat hendak membunuh Nabi SAW, Maka Allah SWT mengkhabarkan maksud jahat orang-orang kafir itu kepada Nabi SAW.  Oleh demikian baginda keluar dengan ditemani oleh Abu Bakar untuk berhijrah ke Madinah. Dalam perjalanan mereka, mereka telah bersembunyi di sebuah gua di bukit Tsur.

    Berdakwah dengan niat supaya manusia lain memperolehi nikmat iman seperti kita kecapi adalah antara tanda mendalamnya iman kita, seperti keterangan hadith:
    Tidak sempurna iman salah seorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri ( Muttafaq Alaih ).
































    MALAM KE – 25:
    MERAIH TAQWA DENGAN IBADAH RAMADHAN


    “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (SURAH Al-Baqarah: 183).

    Itqa dan taqwa maknanya adalah menjauhi. Dan taqwallah ertinya menjauhi kemarahan dan murka Allah SWT, serta meninggalkan apa yang memyebabkan kemarahan Allah SWT. Dengan demikian, taqwa harus diwujudkan dengan melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

    Taqwa dasarnya adalah takut kepada Allah SWT. Perkara ini (taqwa) merupakan hasil daripada amalan hati yang bersih. Hal ini dijelaskan Allah SWT. dalam firman-Nya, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketaqwaan hati” (SURAH Al-Hajj: 32). Rasulullah SAW. juga menegaskan, “Taqwa itu ada di sini”. Beliau mengulanginya sampai tiga kali sambil menunjuk ke dada beliau (HADITH RIWAYAT Muslim dari Abu Hurairah). Ini bererti taqwa berada di dalam hati.

    Para salafus soleh mendefinisikan taqwa dengan sebuah ungkapan, “Mentaati Allah dan tidak melakukan  kemaksiatan kepadaNya, selalu berdzikir dan tidak melupakanNya, sentiasa bersyukur dan tidak kufur kepadaNya.”

    Nilai-nilai ketaqwaan tidak dapat tertanam dan buahnya tidak dapat dipetik, kecuali jika Seorang Muslim memiliki pengetahuan tentang agama Allah yang menuntut dirinya mencapai darjat muttaqin. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya,
     
    “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (SURAH Fathir: 28).

    Mengapa demikian? Kerana orang yang tidak berilmu tidak tahu apa saja yang wajib dikerjakan dan apa saja yang harus ditinggalkannya. Itulah sebabnya mengapa menuntut ilmu merupakan ibadah yang utama, jalan yang menghubungkan ke surga dan menjadi tanda bahawa seseorang mempunyai keinginan baik.

    Taqwa adalah wasiat dari Allah SWT. Dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (SURAH Ali Imran: 102).

    Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda, “Bertaqwalah kalian kepada Allah di mana pun kamu berada. Dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskan keburukan. Dan perlakukanlah manusia itu dengan akhlak terpuji” (HADITH RIWAYAT Tirmidzi).
    Taqwa menjadi wasiat abadi kerana mengandungi kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Taqwa merupakan himpunan dari semua kebaikan dan pencegah segala kejahatan. Dengan taqwa, seseorang mukmin akan mendapatkan sokongan dan pertolongan dari Allah SWT.

    “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan” (SURAH An-Nahl: 128).

    Perintah untuk mencapai derajat taqwa kemudian dilanjutkan dengan penjelasan lebih luas tentang cara-cara untuk mencapainya dalam sebuah firman Allah SWT., yang bermaksud; “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa” (SURAH Al-Baqarah: 21).

    Ibadah yang dimaksud dalam ayat ini mencakupi perbahasan yang luas, mencakup ibadah wajib dan ibadah sunnah. Ibadah wajib terdiri dari solat, puasa, zakat, dan haji, ditambah dengan kewajiban-kewajiban masyarakat yang diperintahkan oleh Al-Qur`an, seperti berbuat baik kepada orang tua, kaum kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga, teman, dan kepada orang bermusafir. Sedangkan yang termasuk ibadah sunnah misalnya berdzikir kepada Allah SWT., berdoa kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya, dan membaca Al-Qur`an. Ibadah-ibadah tersebut semuanya dipersiapkan untuk membentuk setiap Muslim menjadi insan bertaqwa.

    Antara kewajiban-kewajiban ibadah yang diperintahkan tersebut, secara lebih khusus, Allah SWT. menekankan pada perintah puasa sebagai saranan pembentukan insan bertaqwa, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,


    “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (SURAH Al-Baqarah: 183).

    Dan terdapat hadith yang bermaksud; “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberinya pengetahuan (pemahaman) tentang agama” (Muttafaqun ‘alaih).  Berdasarkan hadits di atas, taqwa merupakan gabungan antara ilmu dan ketaatan. Ilmu akan meningkatkan ketaatan kepada Allah, dan ketaatan akan menambah motivasi untuk meningkatkan ilmu.

    Mengapa puasa Ramadhan diarahkan oleh Allah sebagai jalan untuk mencapai darjat taqwa? Ini adalah kerana di dalam bulan Ramadhan terkumpul hampir semua bentuk peribadatan seperti puasa, ada solat Tarawih, solat Witir, tilawah al-Qur`an, berbincang tentang Islam, zakat, infaq, sadaqah, dan i’tikaf. Selain itu, balasan pahala di bulan Ramadhan juga dilipat gandakan untuk merangsang umat Islam meningkatkan amal solehnya. Oleh kerana itu, mari kita menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh kerinduan dan suka cita. Siapkanlah diri kita untuk meraih rahmat, maghfirah, dan pembebasan dari siksa neraka.


























    MALAM KE – 26:
    KEJAYAAN IBADAH RAMADHAN

    Taqwa adalah hasil kejayaan puasa.

    Puasa akan memantapkan keimanan kepada Allah SWT sehingga menjelma keimanan   itu    menjadi ketaqwaan. Allah dalam firman-Nya yang ertinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (SURAH 2:183).

    Hasil dari ketaqwaan itu membuah tiga perkara:

    Pertama, 
    mencegah diri dari segala perbuatan keji dan dusta.Hadits riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad dinyatakan bahawa Allah SWT tidak menerima puasa seseorang yang tidak meninggalkan perkataan dusta, hadits tersebut ertinya: Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang keji (dusta) dan melakukan kejahatan, Allah tidak akan menerima puasanya, sekalipun ia telah meninggalkan makan dan minum.

    Kedua,
    mempunyai ketahanan rohani yang kuat sehingga dia menjadi orang yang mampu menjaga dan mencegah dirinya dari dosa. Rasulullah SAW bersabda yang ertinya: Puasa adalah perisai dari api neraka seperti perisai seseorang di antara kamu dalam perang (HADITH RIWAYAT. Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).

    Ketiga,
    selalu terangsang untuk berbuat baik, kerana ibadah Ramadhan akan selalu mendidik seseorang untuk melakukan kebaikan, baik terhadap Allah SWT mahupun terhadap sesama manusia. Akan timbul lima kemampuan dan kelebihan.

    1Rasa dekat kepada Al-Qur’an.Seronok membaca, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupansehari-hari.

    2. Rasa dekat  hubungan  kepada Allah SWT, seorang muslim tidak berani melanggar perintah danlarangan Allah.

    3. Rasa pentingnya berdo’a kepada Allah kerana kita menyedari bahawa kita adalah makhluk yang lemahdan amat mengharap pertolongan Allah.

    4. Kemampuan membezakan antara yang haq dan yang batil.

    5.    Menyedari pentingnya kebersamaan dengan sesama muslim, kerana dengan puasa kita dapat membayangkan bahkan dapat merasakan bagaimana penderitaan mereka yang susah dan miskin sehingga kita menyadari kewajipan  bersatu dan saling tolong menolong.







    MALAM KE – 27:

      ISLAM  PADA  PERIBADI, KELUARGA DAN MASYARAKAT

    Salah satu yang kita harapkan dalam hidup ini adalah terwujudnya kehidupan yang baik berdasarkan nilai-nilai Islam. Sebagai agama yang syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna), Islam memberikan perhatian yang begitu besar pada pembentukan peribadi, keluarga dan masyarakat. Oleh kerana itu, penting bagi kita untuk memahami pengertian peribadi islam, keluarga Islam dan masyarakat  Islam.

    Peribadi islam.
    Keperibadian Islam adalah peribadi yang bertaqwa dan selalu merasakan bahawa dia sentiasa diawasi oleh Allah SWT. Perasaan diawasi oleh Allah menjadi begitu penting dalam kehidupan seseorang muslim kerana dengan demikian dia tidak berani menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan Allah, hal ini kerana setiap perbuatan manusia ada pertanggung-jawabannya dihadapan Allah, kebaikan dan keburukan yang dilakukannya untuk dirinya sendiri. Allah berfirman yang ertinya:  Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al kitab (Al-Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk  maka petunjuk itu  untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka (SURAH 39:41).

    Puasa dan seluruh ibadah di dalam Islam melatih kita untuk selalu dalam pengawasan Allah, menghargai waktu, disiplin dan sebagainya, sehingga dari ibadah ini insya Allah akan kita capai perbaikan keislaman diri ke arah yang lebih baik dan terus menunjukkan ketundukan kepada Allah SWT hingga akhir hayat, Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (SURAH 3:102).

    Keluarga islam.
    Keluarga Islam adalah keluarga yang anggota-anggotanya bukan hanya kedudukan agamaannya sebagai muslim, tapi juga dapat menunjukkan keislaman dalam kehidupan seharian mereka, baik dalam hubungannya kepada Allah SWT mahupun dengan sesama anggota keluarga dan tetangganya.

    Dalam bulan Ramadhan, memperbaiki keislaman keluarga perlu kita lakukan dengan lebih bersungguh-sungguh seperti tadarrus dan tadabbur (mengkaji) Al-Qur’an, sahur bersama, buka puasa bersama, tarawih bersama yang disertai ceramah dan memperkukuhkan hubungan dengan sesama anggota keluarga kerana suasana berkumpul bersama keluarga di rumah pada bulan Ramadhan sepatutnya lebih banyak sehingga tercipta keakraban dan keharmonian hubungan antara keluarga yang jelas sangat soleh dalam usaha memperbaiki keislaman anggota keluarga.

    Khususnya bagi seorang suami atau bapa, maka seorang bapa mesti memperbaiki keislaman dirinya terlebih dahulu baru memperbaiki keislaman keluarganya. Keluarga harus kita Islamkan kerana azab Allah sangat pedih bagi siapa saja yang tidak bertaqwa kepada-Nya,  Allah berfirman yang ertinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah  terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan  selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (SURAH 66:6)

    Masyarakat  Islam
    Dengan terwujudnya masyarakat Islam, ketertiban, kedamaian dan ketenangan hidup akan sama-sama kita rasakan, bahkan hidup jadi terarah kepada nilai-nilai kebenaran dan dapat kita mengikis segala kemaksiatan. Oleh demikian masyarakat akan mempunyai harapan yang lebih besar terhadap masa depan yang cerah, tetapi apabila  masyarakat tidak berada dalam hidayah Islam, maka masa depan yang bahagia akan terasa gelap.. Allah SWT berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkat dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (SURAH 7:96)

    Apabila masyarakat menjadi baik ia akan memperoleh keberkatan dari Allah SWT, maka rezeki yang diperolehnya cukup bahkan melimpah, sedang ilmu dan amalnya selalu memberi manfaat yang besar dalam kehidupan. Di sinilah terletaknya kepentingan untuk kita mewujudkan masyarakat Islam.

    Apakah ciri masyarakat Islam yang harus kita wujudkan itu?  

    Pertama, masyarakat yang bersaudara antara satu dengan lainnya. tanpa mempersoalkan orang asing atau pribumi, dikenal atau belum, penduduk asli atau pendatang, yang penting adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya, “Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa  supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenali” (SURAH 49:13).

    Kedua, Masyarakat yang harmoni dan bertimbang rasa. Pergaduhan dan tindas menindas  biasanya terjadi kerana ada pemisahan atau jurang perbezaan yang tidak sihat, salah satunya adalah jurang miskin kaya. Masyarakat Islam disarankan untuk menunaikan zakat, infak dan sadaqah, yang akan merapatkan jurang golongan miskin dan kaya. Allah SWT berfirman yang ertinya,Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantah yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu  dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (SURAH 8:46).

    Ketiga, masyarakat yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan termasuk dalam mencari rezeki yang halal bagi diri dan keluarganya meskipun dengan susah payah dalam memperolehinya, Rasulullah SAW bersabda,“Seseorang yang membawa tali lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu api lalu  dibawanya ke pasar untuk dijual dan wangnya digunakan untuk mencukupi keperluannya dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik dari seseorang yang meminta-minta kepada orang yang kadangkala diberi dan kadangkala  ditolak (HADITH RIWAYAT. Bukhari dan Muslim).

    Keempat, masyarakat yang dihormati, yakni masyarakat yang memiliki izzah, kemuliaan atau harga diri, baik dalam urusan mencari harta, melepaskan keinginan seksual mahu pun dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia. Harga diri merupakan sesuatu yang selalu dijaga dan dipertahankan. Dari huraian di atas, menjadi jelas bagi kita bahawa terbentuknya peribadi, keluarga dan masyarakat islam merupakan suatu keperluan bagi proses mewujudkan kehidupan dunia yang aman, adil dan sejahtera.

















    MALAM KE – 28:
    AKIBAT DOSA DAN MAKSIAT
    Akibat yang pertama adalah maksiat akan menghalangi diri kita untuk mendapatkan ilmu pengetahuan (حُرْماََنُ الْعٍلْمِ)
    Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Tapi ketahuilah, kemaksiatan dalam hati kita dapat menghalangi dan memadamkan cahaya itu. Suatu ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi’i yang luar biasa. Imam Malik berkata, “Aku melihat Allah telah mendedahkan dan memberikan cahaya di hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat.”

    Akibat yang kedua adalah maksiat akan menghalangi Rezeki  (حُرْمَانُ الرِزْقِ )
    Jika ketaqwaan adalah penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkan ketaqwaan bererti menimbulkan kefakiran. Rasulullah SAW. pernah bersabda, “Seorang hamba dihalang dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya.” (HADITH RIWAYAT. Ahmad)
     Akibat ketiga, maksiat membuat kita  jauh dari Allah.
    Diriwayatkan ada seorang lelaki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Orang yang arif itu berpesan, “Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah perbuatan dosa itu. Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa.”
    Akibat maksiat yang keempat adalah kita akan semakin jauh dari orang-orang soleh.
    Semakin banyak dan semakin berat maksiat yang kita lakukan, akan semakin jauh pula jarak kita dengan orang-orang baik. Maka jiwa kita akan kesepian. Apabila jiwa kita yang gersang tanpa sentuhan dengan individu-individu yang soleh, maka akan memberi kesan pada hubungan kita dengan keluarga, isteri, anak-anak, dan bahkan hati nurani kita sendiri.
    Akibat kelima, maksiat membuatkan segala urusan kita menjadi sulit   (تَعْسِيْرُ أُمُوْرِهِ)
    Jika ketaqwaan dapat memudahkan segala urusan, maka kemaksiatan akan mempersulitkan segala urusan pelakunya. Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gulita. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidak ceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki dan kebencian makhluk.”
    Begitulah, wahai Saudaraku, jika kita gemar melakukan maksiat, semua urusan kita akan menjadi sulit kerana semua makhluk di alam semesta benci pada diri kita. Air yang kita minum tidak ridha kita minum. Makanan yang kita makan tidak suka kita makan. Orang-orang tidak mahu berurusan dengan kita kerana benci dengan kemaksiatan kita.
    Akibat keenam, maksiat melemahkan hati dan badan   
    Kekuatan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat, maka kuatlah badannya. Tapi pembuat kemaksiatan, meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah. Tidak ada kekuatan dalam dirinya.
    Akibat maksiat yang ketujuh adalah kita terhalang untuk taat     (حُرْماَن الطاَعَةِ)
    Orang yang melakukan dosa dan maksiat cenderung untuk tidak taat. Orang yang berbuat masiat seperti orang yang satu kali makan, tetapi mengalami sakit berpanjangan. Sakit itu menghalanginya dari makan makanan lain yang lebih baik. Begitulah. Jika kita suka berbuat masiat, kita akan terhalang untuk melakukan ketaatan.
    Akibat kelapan: Maksiat memendekkan umur dan menghapus keberkatan    

    Ini akibat maksiat yang kelapan. Pada dasarnya, umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Padahal, tidak ada kehidupan kecuali jika hidup itu dihabiskan untuk ketaatan, ibadah, cinta, dan zikir kepada Allah serta mencari keridhaan-Nya.
    Jika usia kita ketika ini 40 tahun. Tiga perempatnya kita isi dengan maksiat. Dalam kacamata iman, usia kita tak lebih hanya 10 tahun saja. 30 tahun sebelumnya adalah kesia-siaan dan tidak memberi berkat sedikitpun. Inilah maksud pendeknya umur pelaku maksiat.
    Akibat kesembilan, maksiat menumbuhkan maksiat lain  
    Seorang ulama salaf berkata, jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal tersebut akan mendorongnya untuk melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika seorang hamba melakukan keburukan, maka dia akan cenderung untuk melakukan keburukan yang lain sehingga keburukan itu menjadi kebiasaan bagi pelakunya.
    Akibat ke sepuluh: Maksiat mematikan bisikan hati nurani       
    Ini akibat berbuat maksiat yang kesepuluh. Maksiat dapat melemahkan hati dari kebaikan. Dan sebaliknya, akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat juga dapat memutuskan keinginan hati untuk bertaubat. Inilah yang menyebabkan penyakit hati semakin teruk. Kita tidak boleh mengendalikan hati kita sendiri. Hati kita menjadi liar mengikuti jejak dari sesuatu kemaksiatan kepada kemaksiatan yang lain.
    Akibat ke – sebelas:  Oleh demikian, hati kita akan melihat maksiat begitu indah. Tidak ada keburukan sama sekali        
    Itulah akibat maksiat yang kesebelas. Tidak ada lagi rasa malu ketika berbuat maksiat. Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, ia tidak lagi memandang perbuatan itu sebagai sesuatu yang buruk. Tidak ada lagi rasa malu ketika melakukannya. Bahkan, dengan rasa bangga ia menceritakan kepada orang lain dengan detail kesemua maksiat yang dilakukannya. Dia telah menganggap ringan dosa yang dilakukannya. Padahal kemungkinan dosa-dosa tersebut begitu besar di mata Allah SWT.
    Akibat kedua belas: Para pelaku maksiat yang akan menjadi pewaris kepada umat yang pernah diazab Allah SWT.
    Inilah akibat kedua belas yang menimpa pelaku maksiat. Homoseksual adalah maksiat warisan umat nabi Luth a.s. Perbuatan curang dengan mengurangi timbangan adalah maksiat peninggalan kaum Syu’aib a.s. Kesombongan di muka bumi dan melakukan pelbagai kerusakan adalah milik Fir’aun dan kaumnya. Sedangkan takabur dan sombong merupakan maksiat warisan kaum Hud a.s.

    Akibat melakukan maksiat yang ketiga belas adalah maksiat tersebut akan menimbulkan kehinaan.       
    Kehinaan itu tidak lain adalah akibat perbuatan maksiat kepada Allah sehingga Allah pun menghinakannya.
    “Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Al-Hajj:18).
    Sedangkan kemaksiatan itu akan melahirkan kehinaan. Kerana, kemuliaan itu hanya akan muncul dari ketaatan kepada Allah SWT.
    “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu….” (Al-Faathir:10).
    Seorang Salaf pernah berdoa, “Ya Allah, anugerahilah aku kemuliaan melalui ketaatan kepada-Mu; dan janganlah Engkau menghina aku kerana aku bermaksiat kepada-Mu.”

































    MALAM KE – 29:
     KESAN RAMADHAN PADA SEPANJANG TAHUN

    Sesungguhnya Ramadhan adalah antara nikmat yang dikurniakan kepada umat Muhammad SAW yang tidak diperolehi oleh umat sebelumnya. Ramadhan umpama sekolah latihan. Ia membentuk perangai dan peribadi dan menghapus dosa. Antara kesan Ramadhan kepada kita setelah berakhirnya bulan Ramadhan adalah::

    1.            Tidak mudah membuat dosa

    Sebulan latihan ini kita hanya berhadapan dengan nafsu kerana syaitan diikat. Ini adalah rahmat daripada Allah supaya seorang Mukmin lebih mampu mengawal nafsunya. Nafsu yang berjaya dilentur dalam Ramadhan tidak berupaya menjerumuskan orang-orang yang berpuasa untuk mengekalkan dosa-dosanya sebelum ini.

    Firman Allah dalam Surah al-A’raaf ayat 40 yang bermaksud:

    ``Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka boleh masuk ke dalam syurga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan .”

    2.            Berhati-hati dalam bersikap dan bertindak

    Dalam Ramadhan kita tidak berminat hendak bercakap banyak disebabkan suasana Ramadhan tersebut sendiri adalah hening dan menginsafkan. Ibadah iktikaf pula melazimkan kita supaya mengurangkan pergaulan yang tidak perlu. Kita dituntut berhati-hati menggunakan pancaindera agar tidak merosakkan pahala puasa.

    Sikap berhati-hati inilah yang perlu dikekalkan sepanjang tahun. Allah berfirman dalam Surah al-Isra’ ayat 36 yang ertinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dipertanggung jawabkan (pada hari akhirat).” 

    3.            Bersikap jujur

    Suatu yang aneh hasil beriman dalam berpuasa ialah seseorang yang berpuasa tidak makan atau minum walaupun dia bersendirian. Padahal dia berkesempatan mencuri makan atau minum. Ini  juga merupakan rahmat Allah kerana telah menjadikan puasa berlaku secara serentak di seluruh dunia..

    Hasilnya seseorang itu akan jujur pada Allah walaupun dia keseorangan. Apabila seseorang itu jujur dengan Allah SWT maka dia akan turut sama jujur kepada ibu bapa, suami, isteri, guru, anak, rakannya, majikannya atau pekerjanya.

    Hendaklah kamu semua bersikap jujur, kerana kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke syurga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah dusta, kerana sesungguhnya dusta itu membawa pada kedurhakaan dan sesungguhnya kedurhakaan itu akan menunjuki manusia ke neraka (HADITH RIWAYATBukhari).

    4.            Semangat berjemaah

    Ibadah Ramadhan ditunaikan secara serentak di seluruh alam. Bermula dari melihat anak bulan Ramadhan, waktu Subuh, waktu berbuka, solat tarawih dan solat lima waktu. Kesemua itu dituntut secara berjemaah.

    Maka semua Mukmin dituntut supaya hidup secara berjemaah. Berjemaah dalam kesatuan aqidah dan tidak berpecah kerana fahaman sekular, atheis, anti hadith dan fahaman liberal. Firman Allah dalam Surah as-Saf ayat 4, bermaksud:     ``Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kukuh ”


    5.            Berupaya mengawal diri

    Semasa menghayati Ramadhan kita dituntut bersolat tarawih dengan mendengar bacaan imam sepenuh al-Quran. Tarawih yang bererti rehat bantu merehatkan jiwa dengan mendengar pesanan Allah melalui firmannya.

    Ini adalah sesuatu yang hebat kerana ianya telah disistemkan, bahawa semua Mukmin dituntut hadir ke masjid dan mendengar firman Allah secara keseluruhannya dalam solat tarawih. Mukmin diingatkan supaya mengawal diri dan membetulkan dirinya. Untuk tujuan mendengar bacaan dalam tarawih, maka mereka dituntut besederhana makan semasa berbuka. Jika tidak kita akan mengantuk dan letih hingga hilang nikmat tarawih.

    Maka keupayaan mengawal diri dengan mendengar nasihat Allah dan Rasul sewajarnya diteruskan pada sepanjang tahun. Jika kita terus mendengar nasihat dengan hati yang terbuka, maka kita tidak akan tergolong di kalangan mereka yang ada hati tetapi menolak nasihat dari Allah dan rasulNya.
    Firman Allah dalam Surah al- Anfaal ayat 179 yang bermaksud:    “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak dipergunakannya  untuk mendengar (ayat-ayat Allah).  Mereka itu seperti binatang  ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”  

     
    Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates